© Copyright 2024, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

KKP: Sentra Budidaya Terintegrasi Hulu-Hilir Ciptakan Lapangan Kerja Dan Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Kamis, 24 Juni 2021


SIARAN PERS
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Nomor: SP.645/SJ.5/VI/2021

 

JAKARTA (24/6) – Peningkatan produktivitas perikanan budidaya air tawar menjadi salah satu upaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk mendorong peningkatan pendapatan sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Sebagai salah satu komoditas utama perikanan budidaya air tawar, ikan patin menjadi salah satu primadona di kalangan pembudidaya karena cukup mudah untuk dipelihara, memiliki harga jual yang tinggi serta digemari oleh masyarakat karena tekstur dagingnya yang lembut.

 

Ketua Kelompok Si Pujuk yang berlokasi di Koto Panjang Ikua Koto, Kota Padang, Yose Rizal Anwar merupakan salah seorang pembudidaya ikan patin di Sumatera Barat yang mulai mendirikan kelompok sejak tahun 2018. Seiring berjalan waktu, kelompoknya terus tumbuh dari awalnya hanya memiliki 9 kolam hingga sekarang telah berkembang hingga mencapai 61 kolam pada lahan seluas 1,2 hektare.

 

“Di daerah Sumatera Barat, kami merasakan kurang maksimal apabila hanya mengandalkan keuntungan dari hasil produksi ikan segar, untuk itu kami berinisiatif untuk mengembangkan usaha kami mulai dari pembenihan, pembesaran, pembuatan pakan hingga pengolahan berupa ikan asap untuk memperpanjang usia penyimpanan, diversifikasi produk dan meningkatkan harga jual,” ungkap Yose.

 

Yose menjelaskan produktivitas dari budidaya ikan patin per bulan bisa mencapai sekitar 6 ton, sementara dari usaha budidaya ikan lele produktivitasnya bisa mencapai sekitar 1 ton per bulan. Dari usaha pembuatan pakan mandiri dengan produktivitas per bulan bisa mencapai sekitar 9,3 ton serta dari usaha penolahan ikan asapnya bisa mencapai 1-1,5 ton per bulan. Dalam setahun dari usaha budidaya ikan patin dan ikan lele bisa memperoleh sekitar Rp1,2 miliar, dari usaha pakan mandiri bisa memperoleh sekitar Rp640 juta per tahun serta dari pengolahan ikan asap sekitar Rp1,9 miliar per tahun, sehingga total penghasilan yang diperoleh per tahun sekitar Rp3,7 miliar.

 

Yose juga menjelaskan bahwa ikan patin dikenal di Sumatera Barat sebagai ikan air tawar yang kurang produktif karena hanya disukai oleh masyarakat apabila diolah menjadi masakan asam padeh, sedangkan apabila digoreng atau dibakar kurang diminati oleh masyarakat. “Untuk itu kami mengusahakan bagaimana ikan patin dapat diterima masyarakat Sumatera Barat dengan mencoba menu ikan asap,” katanya.

 

Di sisi lain, Yose juga memaparkan bahwa Kelompok Si Pujuk melakukan berbagai kerja sama dengan Sekolah Menengah Kejuruan dan Universitas dengan program studi perikanan di bidang pengabdian dan penempatan magang mahasiswa. Selain itu kelompoknya juga memberdayakan masyarakat sekitar agar produktif dan menghasilkan pendapatan tambahan.

 

“Hasil produksi ikan segar yang dihasilkan dijual ke pengepul dalam bentuk fillet, sedangkan produk ikan asap dipasarkan ke pasar tradisional, toko ritel dan swalayan di Sumatera Barat dan Riau. Selain itu produk juga kami pasarkan melalui platform penjualan online dan kerja sama dengan reseller di berbagai daerah seperti di Jakarta, Purwakarta dan Bandung. Kami juga tengah menginisiasi kerja sama dengan salah satu swalayan di Doha, Qatar untuk mengekspor produk kami," ujar Yose.

 

Yose juga menambahkan bahwa pihaknya menyampaikan terimakasih karena telah menerima beberapa bantuan dari pemerintah seperti pendampingan dan peningkatan SDM, sertifikasi cara budidaya ikan yang baik, sertifikasi pembuatan pakan, hingga sertifikasi pengolahan ikan. Selain itu, melalui Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi, pihaknya juga menerima bantuan berupa 50 ekor calon induk dan 20 ribu benih Ikan Patin Pustina serta rencana pengembangan unit pembenihan rakyat di lokasinya.

 

“Untuk pengembangan usaha, kami harapkan bantuan dari KKP terkait teknologi pengolahan pakan apung dan juga pemasaran produk ikan patin segar. Semoga ke depan sentra perikanan budidaya terpadu di lokasi kami dapat berkembang menjadi kampung perikanan,” tutup Yose.

 

Sementara itu Kepala BPBAT Sungai Gelam, Boyun Handoyo menyebutkan bahwa Kelompok Si Pujuk menjadi salah satu lokasi strategis untuk mengembangkan ikan Patin Pustina khususnya di Provinsi Sumatera Barat. Hal ini juga sejalan dengan arahan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono saat melakukan launching ikan Patin Pustina untuk dapat melakukan uji multilokasi terhadap Patin Pustina ini.

 

“Kami merasa optimis dengan performa dan keunggulan yang dimiliki Ikan Patin Pustina dapat berkembang dengan baik di Sumatera Barat, apalagi dengan berbagai kelebihan seperti tingkat ketahanan lingkungan dan penyakit yang tinggi begitu juga dalam hal kelangsungan hidup. Dengan keberhasilan ini tentunya akan menguntungkan bagi Kelompok Si Pujuk, apalagi saat ini mereka masih mendatangkan benih ikan patin dari Yogyakarta,” imbuh Boyun.

 

Boyun juga berharap kerja sama pengembangan Unit Pembenihan Rakyat dapat dijalin dengan baik sehingga menghasilkan output yang bermanfaat bagi pengembangan produksi ikan air tawar, khususnya ikan Patin di Sumatera Barat.

 

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu mengungkapkan bahwa budidaya ikan air tawar memberikan dampak yang signifikan dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat. Komoditas seperti patin, lele, nila, mas dan gurame menjadi komoditas ikan air tawar yang paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia.

 

“Pemerintah terus berupaya untuk mendorong potensi ekonomi di masyarakat melalui kegiatan perikanan budidaya yang berfokus kepada produksi varian komoditas unggul berbasis kearifan lokal. Pembangunan berbagai kampung perikanan yang terintegrasi mulai dari hulu ke hilir akan terus dimaksimalkan agar produksi dapat berjalan efisien dan memberikan keuntungan yang maksimal,” lanjut Tebe.

 

Tebe juga menilai bahwa pengembangan sistem bisnis terintegrasi di sentra produksi juga akan meningkatkan nilai tambah dari produk budidaya serta perluasan pangsa pasar dari produk yang dihasilkan. “Tim teknis kami akan terus melahirkan inovasi teknologi yang aplikatif, efisien dan adaptif untuk dapat diterapkan di masyarakat agar menjamin kualitas produk yang dihasilkan,” pungkas Tebe.

 

HUMAS DITJEN PERIKANAN BUDIDAYA

Sumber:

KKP WEB

Accessible Control
cursor Bigger Cursor
brightness Brightness
contrast Contrast
monochrome Grayscale
revert Undo Changes
Logo Logo
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

JL. Medan Merdeka Timur No.16 Jakarta Pusat

Telp. (021) 3519070 EXT. 7433 – Fax. (021) 3864293

Email: humas.kkp@kkp.go.id

Call Center KKP: 141

Media Sosial

Pengunjung

1 2
© Copyright 2024, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia