SIARAN PERS
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
NOMOR: SP.940/SJ.5/IX/2021
PRABUMULIH (19/9) – Lele merupakan komoditas unggulan yang banyak diminati masyarakat. Untuk itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong produktivitas budidaya lele dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan peningkatan ekonomi nasional. Sejalan dengan program prioritas KKP dalam pembangunan kampung-kampung budidaya dengan kearifan lokal, salah satu wujud implementasinya yaitu melalui pelatihan secara berkelanjutan bagi pelaku utama. Dalam hal ini, KKP melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) menggelar kegiatan Pelatihan Budidaya Ikan Lele dengan Sistem Bioflok di Kota Prabumulih, Provinsi Sumatera Selatan secara blended learning.-
Ditemui secara terpisah, Plt. Kepala BRSDM KKP, Kusdiantoro, mengatakan untuk mendukung terwujudnya keberhasilan program-program prioritas, dibutuhkan terobosan pada aspek pengembangan sumber daya manusia.
“SDM memiliki peran strategis dalam pencapaian pembangunan kelautan dan perikanan secara keseluruhan, salah satunya melalui kegiatan pelatihan bagi pelaku utama di bidang kelautan dan perikanan. Kegiatan Pelatihan Budidaya Ikan Lele dengan Sistem Bioflok inilah, merupakan kegiatan penting agar perikanan budidaya berkelanjutan dapat menghasilkan ikan siap konsumsi. Hal ini, juga merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam mengembangkan usaha di bidang budidaya,” ujar Kusdiantoro.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono pada Rapat Paparan Program BRSDM pada 11 Januari 2021, menyampaikan pelatihan untuk kelompok budidaya perlu dioptimalkan. “Kita optimalkan pelatihan untuk para kelompok budidaya bagaimana mereka bisa mengelola dengan standar mutu yang baik. Hal ini tentu bisa meningkatkan hasil ikan budidaya di Indonesia,” papar Menteri Trenggono.
Difasilitasi oleh Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Medan, kegiatan ini diikuti oleh 60 orang pembudidaya ikan di Kota Prabumulih. Acara yang digelar selama dua hari pada 15-16 September 2021 ini, dilaksanakan di Balai Besar Ikan (BBI) Kota Prabumulih dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Budidaya ikan lele paling banyak dikembangkan, karena cara budidayanya relatif sangat mudah. Salah satu budidaya yang diterapkan yaitu budidaya sistem bioflok. Sistem bioflok merupakan salah satu cara budidaya yang menggunakan bakteri sebagai pendukung dalam proses akselerasi ikan. Bakteri tersebut dapat dimanfaatkan oleh ikan sebagai sumber makanan sehingga sistem bioflok dapat memberikan keuntungan dalam mempertahankan kualitas air.
Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP), Lilly Aprilya Pregiwati mengatakan, dalam sistem bioflok penggunaan probiotik pada budidaya ikan lele dapat meningkatkan padat tebar dan kulitas air.
“Dalam pelatihan ini, probiotik menjadi bagian yang akan diberikan kepada para peserta dengan tujuan bagaimana nanti limbah yang dihasilkan ikan lele tidak membahayakan lingkungannya. Sehingga dalam pemberian probiotik ini, budidaya ikan sistem bioflok akan meningkatkan padat tebar dan juga manajemen kualitas air dari ketersediaan air yang tidak banyak di beberapa tempat sehingga tidak perlu diganti hanya mungkin ditambahkan saja,” ujar Lilly.
Dia menambahkan, kegiatan budidaya ikan lele erat kaitannya dengan pembuatan pakan ikan sehingga dapat mempengaruhi hasil budidaya ikan yang baik.
“Jadi selain budidaya ikan lele dengan sistem bioflok, yang bisa dilakukan yaitu bagaimana membuat pakan ikan sendiri. Kita tahu biasanya budidaya ikan lele ini biaya paling besar itu di pakan ikan, sehingga upaya yang harus dilakukan adalah bagaimana mensubstitusi pakan pelet dengan pakan ikan buatan sendiri. Tentunya pakan yang memiliki komposisi protein dan juga kebutuhan unsur mineral, yang dibutuhkan dalam tubuh ikan lele sehingga pertumbuhan baik dan hasilnya dapat bernilai jual tinggi,” tambahnya.
Kegiatan ini diapresiasi oleh Anggota Komite II DPD RI Daerah Pilihan (Dapil) Sumatera Selatan, Amaliah yang hadir secara daring. Dia menyampaikan terima kasih atas terselenggaranya pelatihan ini yang tentunya berdampak positif bagi pembudidaya ikan lele di Kota Prabumulih.
“Saya sangat menghargai dan mengapresiasi, terselenggaranya pelatihan ini dengan sistem bioflok yang diajarkan oleh KKP dapat mengurangi penggunaan air dan pembuangan limbah sehingga lingkungannya tidak tercemar dan produktivitas ikannya lebih tinggi,” jelasnya.
“Ikan yang dihasilkan pun lebih sehat dan banyak. Saya sempat mendengar memang Kota Prabumulih pernah melakukan panen ikan lele di tahun 2020 dan tentunya sukses,” tambahnya.
Hal tersebut ditanggapi oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Prabumulih, Titing. Dia mengatakan, Kota Prabumulih yang paling optimis dalam budidaya sistem bioflok.
“Saking perhatiannya dengan bioflok, Kota Prabumulih yang paling optimis dalam budidaya sistem bioflok. Kami sampaikan juga produksi ikan lele yang ada di Kota Prabumulih pada tahun 2020 mencapai 135 ton meskipun hanya memanfaatkan lahan 1,5 hektare. Para kelompok disini memanfaatkan lahan pekarangannya di samping kanan, kiri, dan belakang rumah, dalam usaha budidaya ikan lele. Tentunya kami mengucapkan terima kasih atas dukungan dari pemerintah pusat,” ucap Titing.
Adanya kegiatan pelatihan ini, diharapkan agar para peserta dapat menerapkan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) sehingga menghasilkan ikan yang berkualitas dan bernilai jual tinggi.
Pelatihan Pembuatan Pakan Ikan
Perikanan budidaya merupakan salah satu subsektor unggulan yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan produksi perikanan nasional serta pendapatan pelaku utama dan pelaku usaha. Namun, subsektor perikanan budidaya saat ini masih mengalami permasalahan dalam menghadapi tingginya harga pakan yang disebabkan sebagian besar bahan baku pakan masih bergantung pada bahan pabrikan.
Guna mendukung program Gerakan Pakan Mandiri (GERPARI) serta program Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Masyarakat dan Kebudayaan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat perikanan dan daerah yang tertinggal khususnya bidang budidaya perikanan, KKP melalui BRSDM KP turut menggelar kegiatan Pelatihan Pembuatan Pakan Ikan bagi Pembudidaya Ikan di Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat.
Kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari pada tanggal 13-14 September 2021 ini, diikuti sebanyak 50 peserta dari pembudidaya ikan di Kabupaten Solok Selatan secara blended learning. Pelatihan yang difasilitasi oleh BPPP Medan ini, dilaksanakan di BBI Solok Selatan dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Pada kegiatan pelatihan ini, dibutuhkan keterlibatan dan kerja sama penyuluh dalam membantu proses transfer dan sharing knowledge bagi pelaku usaha. Dalam pelatihan ini pula, peserta diberikan materi mulai dari menyiapkan bahan dan peralatan pembuatan ikan, menyusun formulasi pakan ikan, meramu, mencetak, mengeringkan, mengemas, serta menyimpan pakan ikan.
Dalam sambutannya, Kepala Puslatluh KP, Lilly Aprilya Pregiwati menyampaikan, dalam budidaya ikan air tawar umumnya pelet dikenal sebagai pakan ikan yang paling praktis dan mengandung nutrisi lengkap yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan.
“Jadi saya sudah sampaikan unsur utama pada pakan itu adalah protein hewani yaitu tepung ikan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) saya kira sudah informasikan bahan baku yang bisa digunakan termasuk bahan baku nabati yang memiliki protein cukup baik yang dapat digunakan untuk bahan baku dari pembuatan pakan ini, tentunya kalau sudah jadi, kandungan protein yang dibutuhkan tetap terjaga,” jelas Lilly.
Lebih lanjut, dia mengatakan, adanya pelatihan ini para pembudidaya diharapkan dapat memproduksi pakan ikan alternatif secara mandiri dengan memanfaatkan bahan baku lokal, untuk menekan biaya pakan ikan.
“Setidaknya dengan kegiatan pelatihan ini, para pembudidaya ikan mampu membuat pakan ikan secara mandiri dan dapat mengurangi biaya pakan dari budidaya ikan yang biasanya mencapai sekitar 60-70%. Tentunya juga akan memberikan benefit kepada para pembudidaya ikan yang dapat meningkatkan kesejahteraan pelaku utama di dalam memproduksi pakan ikan secara mandiri,” ujar Lilly.
Adanya pelatihan ini, diapresiasi Anggota Komite II DPD RI Dapil Sumatera Barat, Emma Yohanna yang hadir melalui sambungan virtual. Dia mengatakan, kegiatan ini merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan para pelaku utama di tengah pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai.
“Dengan kemajuan teknologi tidak menghalangi para peserta pembudidaya ikan dalam memanfaatkan kesempatan meski berada di situasi Covid-19. Kami mengucapkan terima kasih bahwa Sumatera Barat mendapat kesempatan mengikuti kegiatan pelatihan. Saya mengharapkan lewat kegiatan ini, akan muncul kelompok pembudidaya ikan yang dapat mengembangkan berbagai usaha seperti membuat pelet,” ucap Emma.
“Hal ini bukan untuk kepentingan atau konsumsi diri sendiri, tetapi juga akan menghasilkan sumber pendapatan yang dapat membantu perekonomian peserta dan ilmu yang diberikan dapat ditularkan ke pelaku utama lainnya,” tambah Emma.
Hal tersebut direspon baik oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Solok Selatan, Yalasri. Dia menyampaikan, adanya kegiatan ini diharapkan tidak berhenti pada pelatihan saja, namun dapat berlanjut secara terus-menerus sehingga ke depan kebutuhan pakan ikan terpenuhi.
“Kami dari Kabupaten Solok Selatan siap menerima pelatihan ini dan siap untuk berlanjut sampai ke depan. Saya juga siap mengikuti pelatihan dengan cermat sehingga kebutuhan pakan ikan bisa kami tindak lanjuti ke depannya dan konsumsi pakan ikan yang ada di Kabupaten Solok Sleatan ini bisa tercapai sehingga 70 persen diluar pakan tidak pasok dari luar lagi,” tuturnya.
Sebagai informasi, ketersediaan pakan ikan tidak hanya untuk kegiatan budidaya ikan air tawar saja, namun juga erat kaitannya dengan kegiatan memancing yang menjadi kegemaran masyarakat Indonesia khususnya pelaku utama. Untuk itu, KKP melalui BRSDM KP juga menggelar kegiatan Pembuatan Umpan Ikan Tiruan yang difasilitasi oleh BPPP Banyuwangi secara full online.
Kegiatan pelatihan ini, diikuti sebanyak 636 peserta dari 33 Provinsi di Indonesia. Seiring dengan perkembangan teknologi memancing, para angler atau pemancing mengenal istilah memancing dengan menggunakan umpan buatan yang disebut casting. Casting ini merupakan proses memancing ikan target dengan menggunakan umpan yang menyerupai mangsa yang digemari ikan tersebut. Umpan ini berfungsi sebagai pemikat agar ikan mendatangi dan memakan mata kail.
Pelatihan Pembuatan Cendol Dawet Rumput Laut
KKP tak henti-hentinya meningkatkan produksi komoditas rumput laut yang bernilai ekonomi tinggi. Hal ini sejalan dengan komitmen Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono dalam menggenjot ekspor hasil perikanan, salah satunya rumput laut. Untuk itu, diperlukan dukungan SDM terampil dan kompeten melalui pelatihan bagi pelaku utama. Teranyar, melalui BRSDM KKP digelar pelatihan dengan tema ‘Pelatihan Pembuatan Cendol Dawet Rumput Laut’ pada Kamis (9/9/21) secara full daring.
Sebelumnya, Menteri Trenggono menegaskan komitmen peningkatan kualitas dan kompetensi SDM yang berkapasitas, eksplorasi bahan mentah menjadi pengolahan, peningkatan nilai tambah dari sumber daya alam, dan inovasi teknologi sebagai alat bantu yang dapat memproduksi nilai tambah. Untuk itu, komitmen tersebut dituangkan dalam pelatihan ini.
Kegiatan pelatihan diikuti 812 peserta dari 34 Provinsi yang difasilitasi oleh BPPP Tegal. Adanya pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah pada rumput laut agar bernilai jual lebih tinggi.
Ditemui secara terpisah, Plt. Kepala BRSDM KKP, Kusdiantoro mengatakan, rumput laut adalah salah satu produk unggulan Indonesia. Pada 2020 tercatat nilai ekspor rumput laut Indonesia mencapai USD279,58 juta, dengan volume ekspor sebesar 195.574 ton. Nilai ini menjadikan Indonesia sebagai produsen rumput laut terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok.
Kusdiantoro menuturkan, dengan nilai produksi yang besar, KKP tak ingin Indonesia hanya mengekspor bahan baku mentah. Namun, mendorong pengolahan rumput laut menjadi beraneka ragam produk bernilai tambah dan bernilai jual tinggi. "Kita ingin mendorong pengolahan rumput laut di dalam negeri, sehingga manfaat ekonomi yang dirasakan langsung masyarakat dan pembudidaya rumput laut dapat dimaksimalkan," ucapnya.
Sebelum mengolah rumput laut, peserta maupun pembudidaya harus mengenali tipe-tipe rumput laut yang akan digunakan sebagai bahan baku. Hal tersebut disampaikan Kepala Puslatluh KP, Lilly Aprilya Pregiwati.
“Saya rasa pelatihan tak hanya diikuti oleh pelaku utama kelautan dan perikanan saja, tetapi juga masyarakat lainnya yang tertarik untuk mencoba mengembangkan usaha baru. Untuk itu, peserta perlu dibekali dengan ilmu mengkarakteristikkan bahan baku yang akan digunakan, jenisnya apa dan seperti apa cara membersihkannya agar tidak berbau anyir dan presentable. Prinsip dasarnya, rumput laut diolah menjadi tepung sebagai bahan pembuatan cendol/dawet,” papar Lilly dalam kata sambutannya.
Pihaknya pun berharap, melalui pelatihan ini dapat tercipta pengusaha-pengusaha baru yang dapat mengolah rumput laut menjadi es cendol/dawet bernilai jual tinggi.
“Saya ingin mengajak para peserta, untuk tidak hanya membuat cendol dawet dari rumput laut, tapi juga menciptakan inovasi yang lebih menarik lagi agar meningkatkan daya jual. ‘Kan tidak selalu harus berwarna hijau, bisa saja dibuat warna lain menggunakan pewarna makanan, contohnya. Bangun kreativitas, buat produk yang tidak biasa, buat konsumen tercengang dan penasaran dengan produk yang Anda buat,” cetus Lilly.
Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa pengemasan produk juga menjadi hal penting dalam penjualan. Penampilan makanan yang menarik akan mendatangkan konsumen untuk membeli. Dia juga berharap para pengusaha dapat membuat produk yang berbeda di pasaran sehingga rumput laut dapat dijadikan sumber penghasilan untuk menggantungkan hidup, utamanya membantu perekonomian pelaku usaha di masa pandemi Covid-19 yang berkepanjangan.
Menariknya, selain dapat diolah menjadi produk yang bercita rasa tinggi, rumput laut juga memiliki beragam kandungan yang baik untuk tubuh, seperti karbohidrat, protein, lemak, dan serat. Rumput laut juga mengandung enzim, asam nukleat, asam amino, vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, dan vitamin K, dan makro mineral seperti nitrogen, oksigen, kalsium, dan selenium, serta mikro mineral seperti zat besi, magnesium, dan natrium.
Kandungan asam amino, vitamin, dan mineral rumput laut ini 10 hingga 20 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang ada di darat. Rumput laut juga dapat membantu mencegah gejala osteoporosis, mengurangi tekanan darah tinggi, dan menjadi makanan diet sehat.
Sebagai informasi, di kesempatan lain KKP juga terus berupaya meningkatkan produktivitas nelayan agar dapat menghasilkan tangkapan ikan yang melimpah. Hasil tangkapan ikan yang melimpah, sebagai wujud implementasi program prioritas KKP, dalam meningkatkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sumber daya alam perikanan tangkap yang digagas oleh Menteri Trenggono.
Dalam kegiatan ini, BRSDM KKP melalui BPPP Bitung turut menggelar kegiatan Pelatihan Pembuatan Alat Tangkap Rawai Dasar Bahan Monofilament pada Selasa (7/9/2021). Kegiatan ini diikuti sebanyak 243 peserta dari 34 Provinsi di Indonesia secara full online.
Alat tangkap rawai dasar, merupakan alat sederhana yang terdiri atas rangkaian tali temali bercabang-cabang dengan diikatkan sebuah pamcing di setiap ujungnya. Alat ini terbilang murah dan mudah dioperasikan dalam menangkap ikan dasar.
Penyelenggaraan pelatihan ini mendapat respon positif dari para peserta. Agustha misalnya, peserta asal Gorontalo ini, mengaku sangat puas dengan materi pelatihan yang diberikan. Dia berharap, KKP akan kembali menyelenggarakan pelatihan yang berkaitan dengan alat tangkap.
Sementara Noula Stevi, peserta asal Sulawesi Utara, menyebut kegiatan pelatihan pembuatan alat tangkap seperti ini sangat bermanfaat bagi pelaku utama.
"Pelatihan pembuatan alat tangkap ini, sangat bermanfaat terlebih bagi pelaku utama, kita bisa mengetahui cara yang lebih baik dari yang selama ini kami gunakan. Tentunya ini pelatihan yang sangat memotivasi para nelayan dengan alat tangkap yang beragam," ujarnya.
Adanya kegiatan pelatihan ini, diharapkan akan tumbuh startup baru dan dengan hasil tangkapan yang melimpah, dapat meningkatkan perekonomian pelaku utama di subsektor perikanan tangkap.
HUMAS BRSDM