© Copyright 2024, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
KKP SEPAKAT BERSAMA PEMERINTAH DAERAH SUMATERA BARAT MEMBANGUN NATIONAL BILIH CENTER DI DANAU SINGKARAK

Selasa, 13 April 2021 | 0:0:0 WIB

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) melihat kondisi ikan bilih saat ini semakin langka. Sementara ikan bilih merupakan salah satu jenis ikan endemik Indonesia. Oleh karenanya, agar salah satu komoditas ikan nasional ini bisa dijaga kelestariannya, maka KKP dalam hal ini DJPB bersama Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat akan mengembangkan Pusat Ikan Bilih Nasional (National Bilih Center) di Danau Singkarak dengan melibatkan badan riset. Saat ini DJPB telah melakukan restocking benih ikan nilem di Danau Singkarak, Sumatera Barat, sebanyak 100 ribu ekor yang merupakan hasil dari kegiatan pembenihan Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam.


Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto mengatakan KKP bersama dengan Komisi IV DPR RI melakukan kunjungan kerja dalam rangka melakukan kegiatan restocking dan pemberian bantuan. Selain itu, untuk melihat kondisi ikan bilih yang saat ini semakin langka. Padahal, ikan bilih merupakan salah satu komoditas ikan lokal, makanya perlu dijaga kelestariannya. “Saya mendampingi kunjungan kerja Komisi IV DPR RI yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Anggia Erma Rini dalam rangka kunjungan ke Danau Singkarak untuk melihat dan mendengarkan permasalahan masyarakat terkait pengelolaan perikanan di Danau Singkarak yakni permasalahan terancam punahnya ikan bilih. Kami meminta kepada Pemprov Sumatera Barat dan Gubernur Sumatera Barat setuju untuk mengembangkan bersama Pusat Ikan Bilih Nasional (National Bilih Center) dengan memanfaatkan UPTD milik Provinsi Sumatera Barat serta dengan melibatkan badan riset. Dalam kunjungan kerjanya, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI menyambut gembira,” ujar Slamet, saat melakukan kunjungan kerja bersama Komisi IV DPR RI, di Danau Singkarak, Sumatera Barat (10/4/2021).


Dimana, lanjut Slamet, kalau kita lihat di Danau Singkarak, tidak kurang terdiri dari 19 jenis ikan asli Danau Singkarak ini, sehingga nanti akan ditebar bersama-sama ikan nilem yang termasuk salah satu jenis ikan asli Danau Singkarak. “Hari ini kita tebar ikan Nilem. Harapan kita, ikan ini berkembang banyak dan bisa menjadi penghasilan masyarakat,” tambahnya.


“Adapun terkait dengan ikan bilih, Slamet berupaya akan segera lakukan uji coba untuk pembenihan karena berdasarkan informasi dari Dinas bahwa pada larva mencapai D10 banyak kematian, sehingga harus kita siapkan bersama strategi apa yang harus kita lakukan. Tentu saja adalah pakan alami yang sesuai untuk kehidupan larvanya. Hal tersebut akan kita lakukan bersama sama, UPT air tawar kita, salah satunya BBPBAT Sukabumi dan BPBAT Sungai Gelam bekerjasama dengan badan riset dan juga Dinas Kelautan dan Perikanan, karena ini harus segera dilakukan pemulihan sumber daya ikan bilih. Setelah berhasil, nantinya akan kita tebar juga di Danau Singkarak ini,” sambungnya.


Alternatif usaha bagi pembudidaya KJA, masih menurut Slamet adalah dengan budidaya di perikanan darat, seperti budidaya ikan dengan sistem bioflok. Dimana, KKP siap untuk menjalankan apa yang menjadi permasalahan-permasalahan disini dan tentunya dengan dukungan dari Komisi IV DPR RI. “Upaya yang kami lakukan saat ini, agar perikanan budidaya mampu untuk memenuhi ketahanan pangan nasional, dan menjadi penopang ekonomi di daerah. Salah satunya melalui restocking ikan ini. Sebagai jurus mendongkrak produktivitas perikanan budidaya nasional secara berkelanjutan,” ujarnya.


Dan sambung Slamet, restocking merupakan agenda rutin KKP yang menjadi prioritas, selain untuk menjaga ketahanan pangan bagi masyarakat perairan umum, kegiatan ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi di perairan umum sebagai ekosistem yang seimbang untuk pendapatan masyarakat. “Untuk merealisasikan itu semua, KKP melalui UPT DJPB terus berupaya dengan memproduksi benih ikan secara massal, untuk memenuhi kebutuhan benih bagi pembudidaya secara umum, dan benih juga dilakukan untuk menunjang kebutuhan restocking ikan yang rutin dilakukan di perairan umum sebagai upaya menjaga kelestarian sumber daya ikan di alam,” tuturnya.


Hal ini sejalan, sebagaimana apa yang disampaikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, salah satu program prioritas KKP adalah pengembangan perikanan budidaya berbasis kearifan lokal. “Pengembangan perikanan budidaya tidak hanya untuk menyokong pertumbuhan ekonomi masyarakat, tapi juga untuk menjaga komoditas perikanan lokal dari kepunahan,” paparnya.

Ditempat yang sama, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Anggia Erma Rini, menyebutkan Danau Singkarak merupakan danau yang lumayan besar di Sumatera Barat yang membentang di Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Ada salah satu yang spesifik adalah endemik ikan bilih yang sudah mulai punah, dan harapannya dengan kunjungan kerja Komisi IV DPR RI bersama-sama dengan KKP ini mampu mencari jawaban untuk mengembangkan kembali serta memulihkan ikan bilih. “Melalui kegiatan restocking ini mudah-mudahan memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitar Danau Singkarak di masa-masa mendatang,” katanya.


Untuk itu, Dinas Kelautan dan Perikanan diminta untuk dapat melihat kondisi masyarakat sekitar Danau Singkarak untuk tidak hanya mengharapkan tangkapan ikan bilih saja. “Kita semua pasti akan membantu supaya ekosistemnya kembali baik dan ikan bilih bisa tetap menjadi unggulan bagi masyarakat di Sumatera Barat,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat, Yosmeri menyanggupi apa yang diinginkan dari KKP maupun Komisi IV DPR RI, dirinya sangat terima kasih sekali kepada Komisi IV DPR RI yang sudah melakukan kunjungan lapangan sekitar Danau Singkarak ini. Sebab ia sangat berharap, Komisi IV DPR RI bisa melihat kondisi Danau Singkarak. Karena, Danau Singkarak ini merupakan salah satu danau di Sumatera Barat dengan luas 11.200 hektare dan tempat berkembangnya ikan endemik yakni ikan bilih. “Kami siap untuk melakukan apa yang diinginkan dari pusat guna kelestarian ikan bilih tetap terjaga,” tegasnya.

 

Yosmeri menyebutkan kalau Ikan bilih ini merupakan satu-satunya ikan di dunia yang hanya ada di Danau Singkarak, persoalan sekarang ikan bilih ini mulai punah, dalam artian jumlahnya berkurang dan ukuran juga mengecil akibat eksploitasi penangkapan yang intensif dengan menggunakan alat tangkap yang tidak selektif, yaitu bagan. “Harapan kita kepada Komisi IV DPR RI serta KKP kiranya dilakukan kajian-kajian untuk pembenihan ikan bilih ini sehingga tidak punah sama sekali. Karena memang kami Dinas pun sudah melakukan upaya ke arah tersebut, tetapi larva baru berumur 10 hari, ikannya sudah mati. Tentunya kita berharap kepada KKP bisa melakukan antisipasi kedepannya sehingga pembenihan ikan bilih bisa berkembang,” pintanya.

 

Pasalnya, lanjut Yosmeri, dikhawatirkan jika tidak dengan budidaya dalam hal ini pembenihan ikan bilih, nanti akan terjadi kepunahan. Padahal, ikan bilih ini selain ikan endemik, juga memiliki gizi dan nilai protein yang tinggi terutama bagi anak yang berada dalam masa pertumbuhan dalam upaya mengatasi stunting. “Kita semua berharap ikan bilih bisa tetap lestari,” harapnya.

 

Hal senada juga disampaikan oleh Kepala BPBAT Sungai Gelam, Boyun Handoyo bahwa selain dapat melestarikan plasma nutfah, restocking ikan nilem di Danau Singkarak sebagai upaya memulihkan kondisi ikan lokal di danau tersebut yang salah satunya adalah ikan nilem.

 

“Ikan bilih merupakan salah satu primadona ikan asli spesifik lokal Sumatera Barat, khususnya di Danau Singkarak. Upaya BPBAT Sungai Gelam terkait pelestarian ikan bilih, telah melakukan upaya domestikasi, namun dikarenakan perbedaan karakteristik lingkungan dan kondisi perairan Danau Singkarak dengan BPBAT Sungai Gelam sehingga beberapa kali terjadi kegagalan adaptasi. Namun kita terus berupaya untuk pembenihan ikan bilih ini dengan bekerjasama dengan berbagai pihak terkait agar mempermudah proses adaptasi dan domestikasi ikan bilih,” jelas Boyun.

 

Boyun menambahkan BPBAT Sungai Gelam juga telah melakukan beberapa alternatif kegiatan dengan tujuan mengalihkan nelayan penangkap ikan bilih dengan berbudidaya ikan. Beberapa tahun terakhir ini, BPBAT Sungai Gelam sudah memberikan bantuan baik calon induk, benih ikan maupun program prioritas percontohan seperti budidaya ikan sistem bioflok kepada nelayan penangkap ikan bilih di sekitar Danau Singkarak. Bantuan tersebut diberikan dengan harapan dapat menjadi stimulan bagi masyarakat dan generasi muda di sekitar danau dengan membudidayakan ikan di darat sekitar Danau Singkarak, sehingga kelestarian lingkungan dan plasma nutfiah Danau Singkarak khususnya ikan bilih tetap terjaga.

 

Seperti diketahui juga, dalam rangkaian kunjungan kerja Komisi IV DPR RI di Danau Singkarak juga dilakukan penyerahan bantuan dari BPBAT Sungai Gelam kepada Pokdakan di Sumatera Barat senilai Rp1,7 miliar antara lain berupa benih ikan nila, lele, mas, gurame dan patin dengan total 637 ribu ekor, calon induk ikan nila, lele dan mas dengan total 10 ribu ekor, pakan ikan mandiri dengan total 40 ton dan 5 paket budidaya ikan sistem bioflok.

Sumber:

KKP WEB DJPB

Accessible Control
cursor Bigger Cursor
brightness Brightness
contrast Contrast
monochrome Grayscale
revert Undo Changes
Logo Logo
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

JL. Medan Merdeka Timur No.16 Jakarta Pusat

Telp. (021) 3519070 EXT. 7433 – Fax. (021) 3864293

Email: humas.kkp@kkp.go.id

Call Center KKP: 141

Media Sosial

PENGUNJUNG

114774

© Copyright 2024, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia