Kinerja Ekspor Produk Perikanan Indonesia Tahun 2018 *
Jumat, 19 Oktober 2018
Sektor perikanan dan kelautan merupakan salah satu sumber penghasil devisa Indonesia. Oleh karena itu, keberlanjutan usaha sektor perikanan dan kelautan menjadi salah satu pilar dalam pengelolaan sumberdaya. Keberlanjutan usaha diharapkan mampu meningkatkan daya saing produk perikanan dan kelautan baik di dalam maupun luar negeri sehingga berdampak pada kesejahteraan para stakeholder.
Salah satu indikator penguatan daya saing produk perikanan dan kelautan Indonesia adalah meningkatnya nilai ekspor tahun 2018 dibanding tahun 2017. Berdasarkan rekapitulasi data ekspor yang dilakukan oleh BPS, ekspor produk perikanan dan kelautan periode Januari – September 2018 telah mencapai USD 3,52 Milyar atau meningkat 11,06% dibanding periode yang sama tahun 2017. Kode HS produk perikanan dan kelautan terbagi kedalam 480 kode HS dan dapat dikelompokkan berdasar komoditas utama seperti Tuna Cakalang Tongkol / TCT (21 kode HS), udang (32 kode HS), Rumput Laut (16 kode HS), Cumi Sotong Gurita (17 kode HS), kepiting rajungan (8 kode HS), dan produk lainnya (386 kode HS).
Dari tabel 1 diketahui bahwa udang masih menjadi komoditas unggulan ekspor Indonesia di tahun 2018. Dari sisi nilai, udang menyumbang devisa sebesar USD 1,3 Milyar atau 36,96% dari total nilai ekspor, sedangkan jika dilihat dari volumenya udang hanya menyumbang 18,35% dari keseluruhan volume komoditas yang diekspor. USA, Jepang, Belanda dan China merupakan pasar utama produk udang Indonesia. Keempat negara tersebut menyerap lebih dari 85,62% produk udang Indonesia. Sedangkan dari sisi nilai, ekspor udang keempat negara tersebut mencapai 89,34% atau sebesar USD 1,16 Milyar dari keseluruhan udang yang diekspor Indonesia.
Komoditas unggulan berikutnya adalah Tuna – Cakalang – Tongkol (TCT). Selama periode Januari – September 2018 nilai ekspor komoditas Tuna – Cakalang – Tongkol (TCT) mengalami peningkatan sebesar 8,9% atau senilai USD 41 Juta. Peningkatan ini didorong adanya perubahan bentuk komoditas ekspor terutama ke USA dan Jepang yang semula dalam bentuk utuh beku menjadi produk fillet dan produk olahan lainnya. Sebagai konsekwensi dari perubahan bentuk komoditas ekspor Tuna – Cakalang – Tongkol (TCT) ini maka jika dilihat secara volume, ekspor Tuna – Cakalang – Tongkol (TCT) Indonesia mengalami penurunan sebesar 15,6% atau 22 ribu ton.
Cumi – Sotong – Gurita merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor produk perikanan Indonesia setelah udang dan TCT. China, Vietnam dan Taiwan menjadi tujuan utama Indonesia dalam melakukan ekspor Cumi – Sotong – Gurita. Pada periode Januari – September 2018, ekspor Cumi – Sotong – Gurita Indonesia mencapai USD 371 juta atau 10,53% dari keseluruhan nilai ekspor perikanan Indonesia. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017, maka terlihat nilai ekspor komoditas Cumi – Sotong – Gurita mengalami peningkatan sebesar 52,46% atau setara dengan USD 128 juta sedangkan dari sisi volumenya meningkat sebesar 40,44% atau setara dengan 29,77 ribu ton.
Kepiting – Rajungan merupakan kelompok komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Pada periode Januari – September 2018, ekspor produk kepiting – rajungan mencapai USD 370,14 juta atau sebesar 10,50% dari total nilai ekspor perikanan Indonesia, sedangkan dari sisi volume ekspor Kepiting – Rajungan hanya mencapai 21,57 ribu ton atau setara dengan 2,69% dari total volume ekspor perikanan Indonesia. Pasar utama produk Kepiting – Rajungan Indonesia adalah USA, Jepang, China, Malaysia dan Singapura. Berdasarkan data BPS, pasar USA menyerap 49,44% produk Kepiting – Rajungan Indonesia dan menyumbang devisa sebesar USD 280,82 juta.
Pada periode Januari – September 2018, secara volume rumput laut merupakan komoditas yang paling banyak diekspor Indonesia dengan pasar tujuan utama China, Korea Selatan, USA dan Vietnam. Pada periode tersebut, ekspor rumput laut Indonesia mencapai 154,36 ribu ton. Jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2017, ekspor Indonesia mengalami peningkatan 15,76% atau sebesar 21 ribu ton. Meskipun dari sisi volume menempati urutan teratas namun jika dilihat dari sisi nilai masih berada pada posisi ke – 5. Kondisi ini disebabkan ekspor rumput laut Indonesia masih didominasi rumput laut kering dan belum diolah lebih lanjut di dalam negeri. Untuk meningkatkan nilai tambah komoditas rumput laut, pemerintah terus mendorong pelaku usaha untuk melakukan pengolahan dalam negeri sebelum di ekspor.
Secara keseluruhan, untuk meningkatkan volume dan nilai ekspor produk perikanan pemerintah terus berupaya melakukan kegiatan promosi dan penjajagan di pasar potensial seperti timur tengah dan afrika . Selain itu, untuk menjaga kesinambungan di pasar tradisional seperti USA, Jepang dan Eropa, pemerintah juga terus berupaya menjaga hubungan baik melalui negosiasi perdagangan untuk mengatasi masalah hambatan perdagangan baik tariff maupun non tariff.
Keterangan : * Data sementara s.d. September 2018
Oleh : Kaharuddin Sholeh., S.Pi., M.Si
Analis Pasar Hasil Perikanan (APHP) Muda
pada Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan - KKP
KKP WEB Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan Dan Perikanan
JL. Medan Merdeka Timur No.16 Jakarta Pusat
Telp. (021) 3519070 EXT. 7433 – Fax. (021) 3864293
Email: humas.kkp@kkp.go.id
Call Center KKP: 141