UPAYA KKP MEMBANGKITKAN SEKTOR AKUAKULTUR DI TENGAH DAMPAK PANDEMI COVID-19

Jumat, 15 Januari 2021


Pandemi Covid-19 memang memberikan tekanan cukup kuat terhadap kinerja ekonomi sub sektor akuakultur, terutama terhadap struktur ekonomi pembudidaya ikan. Dampak tersebut sangat dirasakan memasuki triwulan II tahun 2020 sebagai akibat dari penutupan offline market (pasar ikan konvensional, hotel, restoran) yang menyebabkan rantai pasok terganggu. Namun demikian, mulai triwulan III tahun 2020 kondisi ekonomi akuakultur mulai membaik. Ini ditunjukan dengan membaiknya nilai tukar penbudidaya ikan (NTPi) pada bulan Desember yang naik 0,58 poin yakni sebesar 101,24 dibanding bulan November. Kinerja NTPi mengindikasikan daya beli membaik meski ditengah inflasi yang cukup tinggi yakni 0,45%.

 

Kebijakan adaptif terus didorong KKP terutama dalam upaya mengungkit angka NTPi dan nilai tambah ekonomi pembudidaya ikan. Fokus program yakni bagaimana meningkatkan efisiensi produksi dan menjamin rantai pasok berjalan optimal, sehingga ada perbaikan harga komoditas utama. Bentuk dukungan program antara lain berupa benih, calaon induk, pakan mandiri, mesin pakan mandiri, budidaya bioflok dan juga minapadi, terbukti mampu mengembalikan perekonomian pembudidaya dan mendukung ekonomi nasional

 

Akuakultur sebagai salah satu pendorong majunya ekonomi nasional di tengah pandemi

 

Sub sektor perikanan budidaya punya potensi nilai ekonomi yang sangat besar. Oleh karenanya, KKP akan fokus melakukan optimalisasi pemanfaatan sumber daya perikanan budidaya secara berkelanjutan.

 

Setidaknya ada 2 (dua) fokus kebijakan yang akan didorong, yakni : pertama, meningkatkan kontribusi sub sektor perikanan budidaya terhadap PDB Indonesia diantaranya melalui peningkatan kinerja ekspor produk perikanan budidaya; mendorong investasi; dan peningkatan nilai tambah ekonomi produksi. Kedua, perbaikan struktur ekonomi pembudidaya ikan dengan menjamin NTPi tetap positif, penguatan kapasitas usaha, dan peningkatan nilai tambah ekonomi.

 

Langkah konkrit yang akan didorong KKP yakni pengembangan sentral perikanan budidaya  baik untuk komoditas unggulan ekspor maupun untuk konsumsi dalam negeri seperti udang, lobster, kakap putih, rumput laut, patin dan nila.

 

Kinerja ekspor akan didorong dengan memperkuat daya saing dan perluasan akses pasar ekspor. Sertifikasi mutu produk dan sertifikasi proses produksi akan terus didorong untuk meningkatkan preferensi pasar ekspor.

 

Disisi lain, pengembangan komoditas unggulan berbasis komoditas unggulan lokal dalam hal ini one village, one comodity seperti pembangunan kampung nila, kampung kakap putih, kampung lobster, kampung rumput laut dan kampung patin akan menjadi fokus dalam lima tahun mendatang. Konsep ini diharapkan akan menjadi model integrated aquaculture business yang secara langsung memberikan multiplier effect dan pergerakan ekonomi lokal.

 

Langkah lainnya yakni mendorong investasi baik melalui perbankan maupun non perbankan (crowdfunding). KKP juga akan mendorong agar ada intervensi kebijakan moneter yakni usulan penurunan suku bunga kredit, terutama bagi UMKM perikanan budidaya yakni dari 6% menjadi 3%.

 

Dukungan langsung untuk meningkatkan efisiensi produksi seperti bantuan input produksi juga akan terus didorong.

 

Langkah lainnya yakni melakukan reformasi perijinan yang efisien, iklim investasi yang kondusif, perlindungan kawasan, penguatan capacity building dan inovasi teknologi yang adaptif dan efisien, jaminan market serta kemudahan ekses kebutuhan dasar bagi pembudidaya.

Sumber:

KKP WEB DJPB

Logo Logo
Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya

JL. Medan Merdeka Timur No.16 Jakarta Pusat

Telp. (021) 3519070 EXT. 7433 – Fax. (021) 3864293

Email: humas.kkp@kkp.go.id

Call Center KKP: 141

Media Sosial

Pengunjung

1 2
© Copyright 2024, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia