KKP DORONG PEMANFAATAN INOVASI TEKNOLOGI TINGKATKAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA

Kamis, 2 Desember 2021


Jakarta – Ikan Gurami merupakan salah satu komoditas unggulan budidaya ikan air tawar di Indonesia yang menjadi favorit pembudidaya karena digemari masyarakat sebagai ikan konsumsi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.

 

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, TB Haeru Rahayu yang biasa disapa Tebe mengungkapkan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah komoditas ikan air tawar di Indonesia melalui pengembangan sistem produksi yang efisien. Upaya yang dilakukan meliputi pengembangan inovasi teknologi  yang dapat diterapkan di masyarakat, efisiensi penggunaan pakan ikan mandiri serta terus mendorong penerapan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) di level pembudidaya.

 

“Pengembangan inovasi seperti teknologi pendederan sistem Recirculating Aquaculture System (RAS) terus didorong pengaplikasiannya di level pembudidaya karena berbagai keunggulan seperti memangkas masa pemeliharaan, meningkatan padat tebar serta menaikkan tingkat kelulusan hidup. Teknologi ini juga memiliki fleksibilitas untuk dapat diterapkan pada berbagai komoditas, salah satunya diterapkan oleh Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Tatelu dengan komoditas ikan Gurami dan juga Nila” jelas Tebe.

 

Tebe menilai dengan pemanfaatan inovasi teknologi tersebut, usaha budidaya ikan Gurami berpotensi meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha budidaya terutama pada fase pendederan yang telah terbukti dapat meningkatkan pendapatan secara signifikan karena padat tebar yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sistem konvensional, apalagi teknologi RAS juga dapat dilakukan dalam skala rumah tangga, sehingga tidak memerlukan lahan yang luas untuk dapat digarap.

 

“Langkah berikut yang juga telah dilakukan oleh KKP ialah menggandeng generasi muda untuk memperkuat penggunaan sistem informasi dalam berbagai tahap budidaya, mulai dari penyediaan benih dan pakan, pendistribusian, pengecekan kualitas produksi hingga tahap pemasaran. Hal ini turut menjamin usaha budidaya dapat terus berkembang serta memenuhi kebutuhan pasar” ungkap Tebe.

 

Selain itu Tebe juga mengatakan bahwa ikan Gurami menjadi salah satu komoditas air tawar unggulan yang masuk dalam rencana strategis untuk digenjot produktivitasnya hingga beberapa tahun ke depan. Beberapa lokasi sentra produksi prioritas ikan Gurami meliputi wilayah seperti Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara dan Jawa Timur.

 

“Diseminasi teknologi juga terus kami galakkan dengan harapan agar pembudidaya dapat terus terpacu meningkatkan produktivitas usaha serta menambah margin pendapatan mereka. Kami juga membuka pintu seluas-luasnya kepada masyarakat yang ingin menimba ilmu secara langsung di unit pelaksana teknis terdekat dari daerah masing-masing dengan harapan semakin banyak pembudidaya yang merasakan manfaat  penerapan inovasi teknologi yang telah dihasilkan” tutup Tebe.

 

Sebagai gambaran, biaya operasional pendederan ikan Gurami menggunakan sistem RAS per siklus (2 bulan) yang dibutuhkan untuk pembelian telur gurame, pakan cacing sutera, obat-obatan dan biaya listrik membutuhkan Rp. 14 juta. Dengan penebaran 30.000 telur Gurami akan menghasilkan benih Gurami ukuran 2-4 cm sebanyak 25.500 ekor per siklus. Apabila harga jual per ekor Rp. 2.000, maka pelaku usaha akan mendapatkan penghasilan per siklus sebanyak Rp. 51 juta. Dari keuntungan tersebut dikurangi biaya penyusutan per siklus dan biaya tidak terduga maka akan didapatkan laba kotor sebesar Rp. 34.5 juta.

 

Sedangkan biaya investasi awal yang dibutuhkan untuk wadah pemeliharaan berupa container plastik ukuran 47 cm x 65 cm x 40 cm sebanyak 18 buah, rak besi, bak reservoir, tabung filter, media filter (zeolit dan arang aktif), pompa, lampu UV dan heater membutuhkan biaya sebesar Rp. 33,6 juta dengan nilai penyusutan sebesar Rp.1,2 juta per siklus. Apabila usaha dilakukan secara kontinyu selama satu tahun, modal yang dikeluarkan dapat kembali hanya dalam waktu kurang lebih 8,5 bulan.

 

Sementara itu, Ketua Kelompok Berkah Tani, Feri Nurdin dari Desa Mandalasari Bandung Barat sebagai salah satu pengimplementasi budidaya ikan Gurami sistem RAS mengungkapkan bahwa penggunaan sistem RAS meningkatkan omset pendapatan kelompoknya 1,5 hingga 2 kali lipat dibandingkan dengan sistem konvensional.

 

“Dengan padat tebar yang lebih tinggi turut meningkatkan hasil produksi benih yang selanjutnya kami pasarkan ke pembudidaya pembesaran di KJA” ujarnya

 

Menurut Feri, teknologi budidaya sistem RAS ini memiliki tantangan tersendiri karena membutuhkan ketelitian terutama dalam perawatan sarana budidaya. Ketidakcermatan dalam perawatan dapat mengakibatkan kerusakan sarana hingga kematian pada komoditas.

 

Lebih jauh Feri juga berharap agar pandemi Covid-19 dapat lekas berakhir karena turut mempengaruhi permintaan pasar hingga akses penjualan hasil produksi milik kelompoknya. “Kami juga harap pemerintah dapat memberikan bantuan berupa pendampingan terutama terkait penanganan penyakit pada induk ikan serta bantuan calon induk unggul agar usaha yang kami lakukan dapat terus berkembang serta berkelanjutan” tandas Feri.

Sumber:

KKP WEB DJPB

Logo Logo
Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya

JL. Medan Merdeka Timur No.16 Jakarta Pusat

Telp. (021) 3519070 EXT. 7433 – Fax. (021) 3864293

Email: humas.kkp@kkp.go.id

Call Center KKP: 141

Media Sosial

Pengunjung

1 2
© Copyright 2024, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia