KKP Ajak Pembudidaya Manfaatkan Limbah Organik untuk Budidaya Maggot
Sabtu, 6 Februari 2021
Jakarta – Larva Black Soldier Fly (BSF) bernama Ilmiah Hermetia illucens atau populer di Indonesia dengan sebutan Maggot ini dapat dijadikan alternatif bahan baku dalam pembuatan pakan ikan. Selain karena kandungan proteinnya yang tinggi yaitu 40 hingga 50% dan lemak 25 hingga 32%, teknologi budidaya Maggot juga cukup sederhana dan relatif mudah dilakukan siapa saja dengan modal yang tidak terlalu besar.
Dalam keterangannya di Jakarta, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Slamet Soebjakto menyebutkan BSF Maggot merupakan agen biokonversi yang mampu menguraikan limbah organik dengan cara fermentasi sehingga dapat diubah menjadi material nutrisi sehingga sangat menjanjikan untuk dijadikan sumber protein dalam pembuatan pakan ikan.
“Maggot ini, kandungan nutrisinya tidak kalah jauh berbeda dengan tepung ikan terutama tepung ikan lokal yang merupakan bahan baku pakan ikan. Maggot juga dapat diproduksi dalam kuantitas yang cukup dalam waktu singkat secara berkesinambungan dan bisa dicoba siapa saja, terutama pembudidaya ikan”, ujar Slamet.
Menurut Slamet, teknologi budidaya Maggot dapat diaplikasikan dengan menggunakan fasilitas terjangkau dengan biaya rendah. Namun perlu dipastikan berlangsungnya pengolahan sampah organik secara teratur dalam jumlah yang dapat ditentukan.
“Pengembangan Maggot perlu dilakukan selain karena kandungan nutrisi yang cukup tinggi, budidayanya tidak membutuhkan listrik dan bahan kimia. Infrastruktur yang digunakan pun relatif sederhana. Ini dapat diadopsi dengan mudah oleh masyarakat pembudidaya”, pungkas Slamet.
Pengolahan limbah organik dengan teknologi biokonversi Maggot diharapkan dapat berperan dalam mengurangi sampah organik dengan cepat serta mampu menyediakan bahan baku sumber protein dalam pembuatan pakan ikan.
“KKP sudah siapkan juga bantuan untuk mendukung usaha budidaya Maggot skala kecil di masyarakat sehingga nantinya budidaya Maggot ini menguntungkan dapat meningkatan ekonomi masyarakat. Selain itu, KKP juga tengah membuat model-model budidaya Maggot di Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya”, lanjut Slamet.
Saat ini ada 7 UPT yang tengah mengembangan model budidaya Maggot skala masyarakat yaitu Balai Perikanan Budidaya Air Tawar di Sukabumi, Sungai Gelam, Mandiangin dan Tatelu, kemudian Balai Perikanan Budidaya Air Payau di Jepara dan Situbondo serta Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya di Karawang.
“Saat ini pembudidaya masih diberatkan pada pakan yang relatif mahal. Dengan budidaya maggot ini akan memudahkan peluang peningkatan nilai tambah serta diharapkan dapat memberikan multiplier effect kepada pembudidaya ikan melalui usaha budidaya yang berkelanjutan,” harap Slamet.
Sebagai gambaran, Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam, Boyun Handoyo menjelaskan bahwa budidaya Maggot dapat memanfaatkan media limbah organik pasar seperti sayur kubis, sawi dan ampas kelapa. “Kami sudah melakukan budidaya Maggot ini dengan limbah pasar karena sangat banyak dan cukup mudah mendapatkannya”, tutur Boyun.
“Bahan-bahan tadi dicincang terlebih dahulu untuk mempercepat proses pembusukan. Kemudian, masukkan cincangan 1 kg sayur kubis, 1 kg sayur sawi dan 2 kg ampas kelapa ke dalam wadah seperti ember, lalu aduk hingga merata”, lanjut Boyun.
“Letakkan 3 lembar daun pisang kering diatas media tadi untuk tempat serangga BSF meletakkan telurnya dan tutup wadah menggunakan seng bergelombang agar serangga BSF tetap bisa masuk dan keluar dari wadah budidaya. Wadah budidaya yang siap ini diletakkan di tempat terbuka”, sambung Boyun.
Langkah selanjutnya yaitu pemeliharaan Maggot dilakukan selama 3 hingga 4 minggu dimana setiap 2 hingga 4 hari dilakukan pengecekan media kultur, jika media kering ditambahkan air secukupnya. Pada tahap pemanenan dilakukan dengan memisahkan Maggot dengan sisa media budidaya dan cuci Maggot dengan air sampai bersih.
“Dari hasil budidaya Maggot dengan limbah pasar ini dapat dimanfaatkan dalam pembuatan pakan ikan. Formulasi pakan ikan berbahan baku Maggot skala rumah tangga di BPBAT Sungai Gelam untuk 100 kg pakan ikan dengan kandungan protein 25% terdiri dari komposisi 56 kg Maggot, 21 kg bungkil kelapa, 48 kg dedak poles dan 5 kg tepung tapioka”, jelas Boyun.
Tahapan pembuatan pakan ikan berbahan baku Maggot sama dengan proses pembuatan pakan ikan pada umumnya yaitu dimulai dengan tahap penimbangan bahan baku sesuai formulasi, kemudian pencampuran bahan baku hingga homogen, lalu proses pencetakan. Serta tahap pengeringan hingga pengemasan pakan.
“Teknologi budidaya Maggot ini mendukung Zero Waste Program yaitu program pemanfaatan limbah menjadi sesuatu yang bernilai guna”, terang Boyun.
KKP WEB DJPB
JL. Medan Merdeka Timur No.16 Jakarta Pusat
Telp. (021) 3519070 EXT. 7433 – Fax. (021) 3864293
Email: humas.kkp@kkp.go.id
Call Center KKP: 141