KEMBANGKAN KAWASAN BUDIDAYA AIR TAWAR, POKDAKAN KAB. PASAMAN RAIH OMZET MILIARAN
Kamis, 10 Juni 2021
JAKARTA - Plt. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Tb Haeru Rahayu, menuturkan potensi budidaya ikan air tawar di Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatera Barat sangat besar. Oleh karenanya, daerah tersebut diharapkan nantinya bisa menjadi salah satu daerah percontohan kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal di Sumatera Barat.
Hal ini sesuai dengan apa yang sering disampaikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono yang menginginkan target utama KKP di antaranya adalah mendorong produktivitas perikanan budidaya berkelanjutan melalui kampung-kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal. “Produksi perikanan budidaya harus terus kita kembangkan, guna memenuhi kebutuhan pangan dan menggerakkan ekonomi nasional. Untuk itu, penting adanya pengembangan program-program yang sesuai untuk daerah. Salah satunya, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat ini pada tahun 2020, volume produksi mampu mencapai sekitar 54,5 ribu ton dengan nilai sekitar Rp1 triliun," tutur Tb Haeru Rahayu, seperti pada keterangannya di Jakarta, Kamis (10/6/2021).
Tebe mengungkapkan, Menteri Trenggono saat kunjungannya kesana beberapa waktu lalu sangat tertarik dengan geliat budidaya ikan air tawar seperti di Nagari Lansek Kadok, Kecamatan Rao Selatan, Pasaman, Sumatera Barat. Di kolam raksasa milik Kelompok Saiyo Saolo dengan jumlah kolam sebanyak 18 kolam, komoditas ikan budidayanya adalah ikan mas, produktivitasnya mencapai 10 ton per kolam per siklus. Dalam 1 siklus bisa menghasilkan Rp4,7 miliar dengan 3 kali panen dalam 1 tahun sehingga bisa diperoleh sekitar Rp15 miliar. “Potensi ini bisa lebih besar jika terus dikembangkan. Oleh karenanya, diharapkan selalu berupaya keras untuk terus mengembangkan potensi yang ada disana. Nantinya melalui kampung-kampung perikanan budidaya di Kabupaten Pasaman, diharapkan juga akan memberikan dampak positif terhadap pendapatan masyarakat,” ungkapnya.
Disamping itu, selain produksi, margin atau keuntungan di level pembudidaya tersebut juga dapat ditingkatkan lagi, caranya dengan Gerakan Pakan Ikan Mandiri (Gerpari). Untuk itu, KKP terus mendorong penggunaan dan produksi pakan ikan mandiri disana. ”Jika produksi bisa naik, cost produksi kita turunkan, tentu margin buat pembudidaya bisa lebih besar. Itu yang sama-sama kita inginkan," ujarnya.
Pasalnya, seperti diketahui, pakan menjadi sebagai salah satu komponen terpenting dalam kegiatan usaha budidaya ikan. Oleh karenanya, produksi pakan ikan selalu menjadi salah satu program prioritas KKP untuk mendukung peningkatan produksi serta keberlanjutan usaha budidaya di masyarakat. “Pengembangan pakan ikan mandiri menjadi salah satu solusi dari Pemerintah dalam menjawab permasalahan tingginya biaya produksi khususnya biaya untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan,” ujarnya lagi.
Apalagi, Indonesia kaya akan bahan baku lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ikan. Seperti pemanfaatan tanaman Leguminosa atau dikenal dengan Indigofera. Beberapa referensi menyebutkan, Indigofera mengandung protein nabati sekitar 28,59%, serta beberapa kandungan nutrien lainnya yang bagus untuk pertumbuhan ikan. “Kita harapkan bahwa program ini akan bermunculan atau ke depannya tercipta pakan-pakan mandiri yang didalam pembuatannya menggunakan bahan baku lokal,” katanya.
Ditambah lagi, pandemi Covid-19 yang belum kunjung usai, KKP mengajak seluruh pembudidaya agar mampu berbudidaya ikan secara mandiri, agar produktivitas perikanan nasional, khususnya perikanan budidaya terus meningkat. Jika para pembudidaya sudah mandiri, meski pada kondisi apapun, produksi budidaya tidak akan pernah terganggu. Selain pakan, program bantuan calon induk ikan juga merupakan program prioritas nasional KKP dengan harapan Pemerintah dapat menjamin kualitas benih yang beredar di masyarakat. “Cost tertinggi di usaha budidaya ikan pada pakan, lalu benih, jika pembudidaya mampu mandiri memproduksi itu semua, pembudidaya bisa untung lebih besar. Ini juga sesuai dengan harapan kami agar kesejahteraan para pembudidaya ikan ikut terus naik,” tegasnya.
Sementara itu, Bupati Pasaman, Benny Utama, mengucapkan banyak terima kasih atas apa yang sudah diberikan KKP untuk daerahnya. “Saya mewakili pembudidaya dan masyarakat Pasaman mengucapkan banyak terimakasih atas kepedulian pemerintah pusat dalam hal ini KKP pada daerah kami,” ucapnya.
Karena memang menurut Bupati Benny, ketersediaan pakan ikan yang murah dan mudah, sangat diharapkan pembudidaya ikan di Kabupaten Pasaman. Bimbingan dalam produksi pakan mandiri dari KKP melalui Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam sangat dibutuhkan. ”Dengan pakan ikan mandiri, kami yakin dan optimis usaha budidaya ikan air tawar akan terus lebih maju dan berkembang, dan secara langsung akan terus lebih mensejahterakan masyarakat perikanan Pasaman,” ujarnya.
Sedangkan, Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam, Boyun Handoyo, mengatakan beberapa sentra perikanan budidaya di Sumatera Barat memiliki potensi menjadi kampung ikan budidaya. Tentunya komoditasnya harus berbasis kearifan lokal, seperti ikan mas dan nila dan beberapa komoditas lainnya.
Dia melanjutkan bahwa peran Balai yang telah dan akan dilakukan terhadap pengembangan produksi perikanan budidaya di Pasaman sebagai sentra budidaya air tawar di Sumatera Barat di antaranya adalah memberikan dukungan secara teknis, seperti menyediakan dan memberikan bantuan induk unggul, memberikan bantuan teknis berupa bimbingan teknis dalam pembenihan, monitoring lingkungan dan penyakit ikan, bimbingan dalam produksi pakan mandiri dan lainnya yang terkait teknis budidaya ikan.
Untuk itu, BPBAT Sungai Gelam senantiasa siap mendukung peningkatan produksi perikanan serta pembangunan perikanan budidaya yang mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan melalui pemberian bantuan calon induk ikan kepada POKDAKAN. "Dengan program bantuan Gerakan Penggunaan Induk Unggul ini, diharapkan pembudidaya dapat menikmati induk-induk ikan yang jelas asal usulnya dan memiliki keunggulan seperti tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih melimpah, benih lebih seragam dan keunggulan lainnya sehingga bisa meningkatkan keuntungan dan kesejahteraan mereka,” tutur Boyun.
Selain penyerahan bantuan input produksi, BPBAT Sungai Gelam juga melakukan pembinaan kepada POKDAKAN penerima bantuan, salah satunya dalam bentuk pengelolaan bantuan, pendampingan teknologi dan pendampingan akses pasar. Adapun bantuan BPBAT Sungai Gelam kepada Provinsi Sumatera Barat yang terealisasi hingga bulan Mei 2021 kemarin diantaranya berupa pakan mandiri sebanyak 40 ton, calon induk ikan unggul sebanyak 10.000 ekor, bantuan benih ikan sebanyak 637.000 ekor dan bantuan percontohan budidaya ikan sistem bioflok sebanyak 5 paket. “Ada yang sudah dan belum kita kerjakan. Adapun keberhasilan dari semuanya bisa terwujud karena ada sinergisitas yang baik antara Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Penyuluh dan Kelompok menjadi kunci utama untuk bagaimana mendorong perikanan budidaya sebagai motor penggerak perekonomian khususnya di tengah pandemi Covid-19 yang sedang melanda seluruh dunia ini. Kami berkomitmen penuh untuk bersinergi, baik itu dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/Kabupaten/Kota, penyuluh, tenaga ahli, maupun akademisi bersama sama mendampingi dan memberikan pembinaan baik teknis maupun manajerial agar bisa berproduksi secara maksimal dan memanfaatkan bantuan yang diberikan secara optimal dan berkelanjutan,” tandasnya.
Ketua Kelompok Saiyo Saolo, Ateng menceritakan kelompoknya, melakukan usaha budidaya ikan mas di kolamnya dengan ukuran rata-rata luas kolam 1 hektare sudah 5 tahun. Masa pemeliharaan selama 4 bulan dengan padat tebar per kolam 25 ribu ekor dan panen diperoleh dengan ukuran konsumsi per kilo isi sekitar 2-3 ekor ikan mas. Harga ikan mas Rp24 ribu – 26 ribu per kg. Pemasaran di Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Utara dan Sumatera Barat.
Dan Ateng mewakili anggota kelompok dan pembudidaya di daerahnya, mengucapkan terima kasih kepada KKP atas bantuan yang diberikan berupa 1.000 ekor calon induk ikan mas dan 180 ekor calon induk ikan lele dari BPBAT Sungai Gelam. "Semoga melalui bantuan calon induk ikan ini, kami dapat terus mandiri dalam usaha budidaya ikan dan meningkatkan pendapatan anggota kami. Adanya bantuan calon induk ini sangat membantu kami pembudidaya ikan, karena dengan adanya calon induk ikan ini, diharapkan mampu memproduksi benih unggul sendiri. Sehingga kami tidak usah lagi membeli benih lagi, modal pun bisa lebih berkurang," ungkapnya.
“Semua anggota kelompok kami menginginkan agar kami bisa lebih untung dalam budidaya ikan. Salah satunya, mampu memproduksi benih sendiri, dan calon induk dari KKP biasanya lebih bagus. Makanya adanya program bantuan ini sangat membantu kami seluruh anggota POKDAKAN Saiyo Saolo. Harapannya, dengan memproduksi benih sendiri, untung kami bisa lebih banyak, dan kami semua bisa lebih sejahtera,” selorohnya.
Selain itu Ateng juga meminta, agar BPBAT Sungai Gelam terus melanjutkan bimbingan teknis kepada kami dan masyarakat sekitar agar dapat termotivasi untuk melakukan budidaya ikan. "Kami masih ingin terus belajar, jadi kami berharap jangan selesai sampai disini. Kami semua kelompok pembudidaya masih ingin diberikan bimbingan agar ke depan hasilnya bisa lebih maksimal lagi, seperti nanti kami bisa memproduksi pakan ikan mandiri yang berkualitas. Selain itu kami juga berharap adanya bantuan excavator untuk pembersihan kolam ikan kami. Disamping itu dirinya juga berterima kasih kepada para penyuluh karena selalu siap dekat kepada kami dan kami berharap bisa terus selalu siap mendampingi kami. Semoga pihak balai, pemerintah daerah, maupun pusat terus membina dan membantu kami semua. Sehingga kami bisa lebih berkembang dari sekarang,” pintanya.
HUMAS DITJEN PERIKANAN BUDIDAYA
KKP WEB DJPB
JL. Medan Merdeka Timur No.16 Jakarta Pusat
Telp. (021) 3519070 EXT. 7433 – Fax. (021) 3864293
Email: humas.kkp@kkp.go.id
Call Center KKP: 141