IKAN HIAS SEBAGAI PEMANTIK PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERBASIS EKSPOR

Senin, 6 Desember 2021


Jakarta – Komoditas ikan hias merupakan salah satu komponen pendukung program terobosan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam bidang perikanan budidaya yaitu pembangunan kampung budidaya tawar, payau dan laut berbasis kearifan lokal dan pembangunan perikanan budidaya untuk ekspor yang didukung oleh riset kelautan dan perikanan.

Demikian disampaikan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu pada saat menghadiri Aquascape dan Kontes Guppy Nasional dalam rangkaian acara Aquafest 2021 yang diadakan di Raiser Ikan Hias Cibinong yang merupakan kerjasama BPP3KP, UPT dari Ditjen. PDSKP dengan IPB.

“Saya mengapresiasi semangat yang diusung oleh anak muda yang bekerja keras dalam menyelenggarakan rangkaian acara dalam suasana PPKM secara marathon dalam kurun waktu hampir 1 bulan” kata Dirjen yang akrab disapa Tebe ini.

Tebe juga berujar bahwa di jaman yang serba digital seperti saat ini, teknologi dapat dimanfaatkan sebaik mungkin sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan optimal serta menjadi pengungkit perikanan budidaya terutama untuk komoditas ikan hias.

“KKP, khususnya Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB), mendukung penuh penyelenggaraan kontes ikan hias seperti ini, terlebih ikan Guppy ini merupakan komoditas hasil budidaya” sambung Tebe.

Tebe mengonfirmasi bahwa ikan hias termasuk salah satu komoditas budidaya yang akan terus didorong pengembangannya karena memiliki pangsa pasar ekspor yang luar biasa tidak hanya di level Asia, tapi sudah sampai ke Eropa bahkan hingga ke Amerika, sehingga diharapkan dapat terus meningkat baik dalam hal volume maupun nilai ekspor.

“Mudah-mudahan event seperti ini dapat lebih banyak diadakan dan terus berlangsung di tahun – tahun mendatang sehingga dapat menjadi pemantik untuk peningkatan perikanan budidaya” pungkas Tebe.

Menurut data, volume produksi ikan hias nasional terus mengalami peningkatan dari 1,314 milyar ekor pada tahun 2015 menjadi 1,684 milyar ekor pada tahun 2019. Demikian pula dari sisi permintaan, nilai ekspor ikan hias asal Indonesia melonjak dari 21 juta USD pada tahun 2012 menjadi 30,8 juta USD pada tahun 2020. Hingga bulan Mei tahun 2021, nilai ekspor ikan hias tercatat telah mencapai 15,2 juta USD dengan negara tujuan utama seperti Jepang, AS, Hongkong, Vietnam dan Tiongkok.

Ketua Penyelenggara Aquafest 2021, Muhammad Syifa Fahrezi menjelaskan bahwa tujuan utama dari penyelenggaraan kegiatan ini adalah memperkenalkan produk akuakultur kepada masyarakat, mahasiswa, para penghobbies dan pembudidaya.

Fahrezi mengaku mata kuliah ikan hias dan aquascape menjadi salah satu inspirasi ia dan rekan-rekannya untuk memperkenalkan komponen aquascape termasuk ikan yang digunakan dimana salah satu ikan yang familiar digunakan adalah ikan Guppy.

“Di kalangan mahasiswa, budidaya ikan hias memiliki prospek bisnis yang sangat menjanjikan karena tidak memerlukan lahan yang luas, tidak perlu modal besar dan dapat dikerjakan tanpa mengganggu aktifitas kuliah, sehingga cukup banyak mahasiswa yang memiliki farm ikan hias seperti ikan cupang, guppy, manfish dan lainnya” ujar Fahrezi.

Fahrezi menghaturkan terimakasih atas support yang diberikan oleh KKP dan berharap dalam penyelenggaraan berikutnya telah dapat dilakukan dalam kondisi yang normal agar dapat mengundang lebih banyak masyarakat sehingga potensi akuakultur dapat lebih terbuka kepada masyarakat luas.

“Hal ini juga sesuai dengan tema yang kita usung yaitu Hidden Treasure of Aquaculture untuk dapat mengangkat potensi akuakultur yang jika dikembangkan lebih lanjut dapat berguna bagi kemajuan bangsa dan negara” tandas Fahrezi.

Sementara itu, Komunitas Fancy Guppy Indonesia (FGI) sebagai Grand Champion dalam Kontes Guppy Nasional yang diwakili oleh ketua umumnya, Rularto Alkhalifi mengaku mulai melakukan usaha budidaya Guppy sejak tahun 2013 dan hingga kini memiliki 40 cabang komunitas di seluruh Indonesia dengan jumlah anggota sekitar 50-60 orang per cabang.

“Salah satu keunggulan budidaya ikan Guppy adalah kita dapat memproduksi benih sendiri, menentukan kualitas produk kita sendiri, hingga membuat strain baru sendiri, bahkan kini Indonesia menjadi salah satu trendsetter untuk strain Guppy baru. Beberapa strain baru ciptaan yang telah kami luncurkan seperti Purple Lace, Albino Purple Lace, Albino Blue Lace dan Yellow Lace yang menjadi juara pada kontes Guppy Nasional kali ini” jelas pria yang akrab disapa Arul.

Arul mengungkapkan dengan masa pemeliharaan selama 2-3 bulan dari masa awal kelahiran sampai kondisi siap jual, masing masing breeder dapat memproduksi 200-300 pasang, dan rata-rata dapat mengantongi pendapatan bersih hingga 300-500 ribu rupiah per hari dengan omset mencapai 10-15 juta rupiah per bulan. Ia juga mengaku bahwa situasi pandemi tidak mempengaruhi pangsa pasar ikan Guppy di lokal hingga mancanegara seperti Vietnam, Philipina, Thailand, AS, Spanyol dan Jerman.

“Selain itu, kami juga merintis kerjasama dengan pemerintah daerah guna memberdayakan pembudidaya lokal untuk melakukan budidaya pembesaran ikan guppy yang dimanfaatkan sekaligus menjadi desa wisata seperti di Desa Sempu Kabupaten Sleman, Desa Kadisoro Kabupaten Bantul dan Desa Goa Pindul di Kabupaten Gunung Kidul’ sambung Arul.

Arul mengatakan bahwa untuk menjaga kualitas produksi dan kepuasan pasar, benih yang ditebar disediakan oleh komunitas dan setelah siap panen hasil produksi dari pembudidaya tersebut juga dipasarkan oleh FGI.

Selain itu, untuk mengangkat nama Indonesia di kancah internasional, Arul juga berkata bahwa FGI memiliki standar acuan yang mengikuti standar acuan asosiasi dunia seperti International Fancy Group Association maupun World Guppy Association agar dapat terus berkiprah di dunia internasional.

“Kami berharap perhatian dari pemerintah agar dapat memperbanyak penyelenggaraan  kontes seperti ini sebagai ajang menunjukkan kualitas ikan dan breeder Indonesia sekaligus sebagai wadah bertukar informasi, menambah relasi serta memperluas pasar penjualan kami baik di dalam negeri maupun di mancanegara” tutup Arul.

Sebelumnya Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono mendorong tumbuhnya industri ikan hias di dalam negeri. Salah satu yang menurutnya penting dilakukan adalah dengan menggelar pameran ikan hias berskala internasional.

 

"Selain sebagai ajang promosi dan edukasi, pameran berskala besar akan melahirkan kegiatan ekonomi baru" pungkas Menteri Trenggono.

Sumber:

KKP WEB DJPB

Logo Logo
Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya

JL. Medan Merdeka Timur No.16 Jakarta Pusat

Telp. (021) 3519070 EXT. 7433 – Fax. (021) 3864293

Email: humas.kkp@kkp.go.id

Call Center KKP: 141

Media Sosial

Pengunjung

1 2
© Copyright 2024, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia