KKP Promosikan Keunggulan Smart Fisheries Village di Forum Asia Pasifik

Kamis, 18 Agustus 2022 | 00:00:00 WIB


SIARAN PERS
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
NOMOR: SP.544/SJ.5/VIII/2022

KKP Promosikan Keunggulan Smart Fisheries Village di Forum Asia Pasifik

JAKARTA (18/8) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) terus mensosialisasikan konsep Smart Fisheries Village (SFV). Tak hanya di dalam negeri, konsep SFV juga dipromosikan di luar negeri, salah satunya di forum regional Asia dan Pasifik.

 

Kepala BRSDM I Nyoman Radiarta menyampaikan konsep SFV saat menjadi narasumber pada Webinar on Actions Towards More Sustainable Food System belum lama ini, yang diselenggarakan oleh The Ministry of Agriculture and Cooperatives (MOAC) dan The National Science and Technology Development Agency (NSTDA) Thailand. Ia menjadi pembicara Sesi I "Sustainable Blue Economy", khususnya untuk memaparkan studi kasus praktik terbaik penerapan ekonomi biru dengan teknologi inovatif untuk mewujudkan ketahanan pangan.

 

Webinar tersebut merupakan bagian dari seri seminar Asia and the Pacific Regional Dialogue on Science and Technology for a Sustainable Food System dan bertujuan untuk berbagi pengalaman serta peluang dan tantangan terkait pengurangan Food Loss and Waste (FLW) guna mengatasi tantangan ketahanan pangan, perubahan iklim dan ekonomi biru berkelanjutan yang saling terkait.

 

Pada kesempatan tersebut, Nyoman memaparkan presentasi Smart Fisheries Village: Innovative Technologies and Best Practices to Impelement Blue Economy. Ia menyampaikan bahwa KKP memandang ekonomi biru sebagai hal yang penting dan menjadi acuan utama untuk memulihkan kesehatan laut dan potensi kelautan yang akan menjadi kekuatan ekonomi Indonesia. Implementasi pembangunan ekonomi biru akan dilakukan melalui lima program strategi.

 

Pertama, memperluas wilayah konservasi dengan target 30% dari luas wilayah perairan Indonesia dengan mengedepankan kualitas kawasan konservasi. Kedua, penangkapan ikan secara terukur yang berbasis pada kuota penangkapan dan menetapkan zona konservasi di enam zona penangkapan ikan. Ketiga, menjaga daya dukung lingkungan dengan budidaya ikan yang ramah lingkungan baik budidaya laut, pesisir maupun pedalaman untuk meningkatkan produksi perikanan untuk pasar ekspor dan dalam negeri. Keempat, penataan ruang laut untuk perlindungan ekosistem pesisir dan laut. Kelima, manajemen sampah laut dengan strategi nilai ekonomi.

 

Untuk mendukung program prioritas tersebut, BRSDM mengembangkan konsep SFV sebagai konsep pembangunan desa perikanan dan Satker yang berbasis penerapan teknologi informasi komunikasi dan manajemen tepat guna, keberlanjutan, serta meningkatkan ekonomi yang berada di tengah-tengah program Kampung Budidaya dan Desa Inovasi/Desa Mitra. Kriteria pengukuran terhadap lokasi SFV menggunakan lima indikator pengukuran yang merupakan akronim dari SMART yaitu Sustainable, Modernization, Acceleration, Regeneration dan Technology.

 

Program SFV akan mengubah wajah kampung perikanan menjadi lebih berdaya saing karena kegiatan ekonomi di dalamnya menjadi lebih beragam, seperti adanya spot wisata hingga produksi produk UMKM. Tujuan program ini antara lain untuk menggali dan mengembangkan desa perikanan menjadi lebih maju, modern dan berkelanjutan dalam meningkatkan ekonomi masyarakat desa.

 

Selain mengandalkan sumber daya internal salah satunya para penyuluh, BRSDM juga menggandeng kementerian lembaga, perbankan, akademisi, hingga industri teknologi dan telekomunikasi. Pengembangan pilot project SFV sudah dilakukan di Desa Panembangan, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Dengan SFV, diharapkan ekonomi tumbuh, masyarakat bekerja, lingkungan lestari, dan berbasis digital.

 

"Kesimpulannya SFV merupakan praktik terbaik tentang cara menerapkan ekonomi biru menggunakan teknologi inovatif. SFV adalah tempat kegiatan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, inkubasi bisnis secara terpadu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan komunitas pekerja, melestarikan lingkungan, dan menerapkan teknologi digital. Keberhasilan SFV merupakan hasil kolaborasi pemangku kepentingan dari pemerintah pusat dan daerah, swasta, BUMN, start-up, dan perguruan tinggi," ujar Nyoman.

 

Sebelumnya, SFV telah diluncurkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono pada 2 Agustus lalu saat pembukaan Rapat Kerja Teknis BRSDM di Jakarta. Konsep SFV sejalan dengan program prioritas sebagai terobosan KKP yang telah ditetapkan Menteri Trenggono, khususnya pengembangan perikanan budidaya berbasis ekspor dan pembangunan kampung perikanan berbasis kearifan lokal.

 

Mengingat telah diluncurkannya SFV yang memadukan pertumbuhan ekonomi berbasis digital teknologi kekinian dengan tetap meperhatikan kelestarian lingkungan guna mewujudkan produktivitas dan ketahanan pangan, Kepala BRSDM terpilih menjadi narasumber pada webinar ini untuk memaparkan konsep SFV di forum regional Asia dan Pasifik tersebut.(MNA)

 

HUMAS BRSDM

Sumber:

KKP WEB BPPSDMKP

Logo Logo
Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN
Telp : 021 3519070 (Hunting) Fax : 021 3513287 Email : bppsdm@kkp.go.id
Gedung Mina Bahari III, Lantai 6 & 7, Jalan Medan Merdeka Timur No. 16, Jakarta 10110

Media Sosial

PENGUNJUNG

145692

© Copyright 2024, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI