KKP Gelar Pelatihan Pakan Alternatif

Selasa, 7 Desember 2021 | 00:00:00 WIB


 

JAKARTA (7/12) - Mahalnya harga pakan ikan masih menjadi salah satu kendala dalam membangun industri perikanan budidaya di Indonesia. Sebagai solusi dari permasalahan tersebut, Kementerian Kelautan da Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) terus berupaya menyediakan pakan alternatif berbiaya murah, melalui serangkaian hasil riset dan inovasi serta metode pelatihan budidaya dalam penyebarannya.

Pada 6-7 Desember 2021, BRSDM melalui Balai Pelatihan dan Penyuluhan (BPPP) Tegal menyelenggarakan Pelatihan Budidaya Maggot di Kabupaten Blora. Kegiatan ini turut diinisiasi Anggota Komisi IV DPR RI, Firman Soebagyo serta Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blora.

Maggot merupakan larva lalat Black Soldier Fly (BSF) yang dapat dijadikan bahan baku pakan alternatif karena mengandung nutrien yang lengkap untuk ikan dengan kualitas yang baik. Selain itu, maggot dapat diproduksi dalam waktu singkat dan berkesinambungan dengan jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan. Maggot juga bisa diproduksi menjadi tepung (mag meal), sehingga bisa menekan biaya produksi pakan. Masyarakat pun dapat dengan mudah mengadopsi teknologi produksi maggot.

Dalam arahannya, Plt Kepala BRSDM menuturkan bahwa sebagian besar pembudidaya ikan saat ini masih mengandalkan suplai pakan dari pabrikan (pakan komersial), sementara harga pakan hingga saat ini masih tergolong tinggi. Hal tersebut menyebabkan ketidakseimbangan pendapatan yang diperoleh pembudidaya ikan dengan biaya produksi yang dikeluarkan selama proses produksi, mengingat lebih dari 60 persen total biaya produksi bersumber dari biaya pakan.

“Pelatihan ini diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang sering dialami oleh pembudidaya ikan termasuk yang dihadapi oleh kelompok pembudidaya ikan saat ini, antara lain kebutuhan pakan ikan yang ekonomis untuk mendukung pertumbuhan dan produksi ikan, tingginya harga pakan komersial, minimnya pengetahuan pembudidaya ikan mengenai bahan alternatif yang dapat dijadikan pakan, hingga teknis pembuatan pakan serta manajemen pemberian pakan ikan. Sebagai pakan alternatif baru, maggot diharapkan dapat menjadi solusi sebagai pakan dengan harga yang murah dan mudah didapatkan, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan perairan, dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh ikan,” terang Kusdiantoro.

Di samping itu, budidaya maggot juga menjadi respon bagi isu sampah dan lingkungan baik di kota-kota maupun perdesaan. Sampah organik yang ada dapat diolah menjadi media bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan maggot serta hasil lain seperti pupuk kompos dan cair. Kusdiantoro pun meminta kepada seluruh pelatih dan penyuluh perikanan untuk terus mendampingi dan membimbing peserta selama pelatihan dan pasca pelatihan.

Anggota Komisi IV DPR RI, Firman Soebagyo, mengatakan bahwa kegiatan ini adalah wujud ketulusan pemerintah untuk mengatasi berbagai problematika dan persoalan terhadap masalah yang dihadapi pembudidaya perikanan, dengan harapan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat KP.

“Kegiatan ini juga sejalan dengan agenda pemerintah, dalam meningkatkan kompetensi sumber daya manusia kelautan dan perikanan. Lewat pelatihan, seseorang dapat mempunyai pengetahuan atau kemampuan sehingga meningkatkan kualitasnya dan menjadi seorang ahli dalam bidangnya, khususnya di sektor keluatan dan perikan hingga nantinya dapat membuka peluang untuk masa depan sekaligus jalan menuju pengabdian,” tutur Firman.

Pihaknya pun meminta seluruh peserta dapat mengambil ilmu sebanyak-banyaknya dari kesempatan yang ada. “Ilmu adalah hal yang mahal dan berharga. Sebagaimana pesan Presiden Joko Widodo, kalau tidak mau belajar, tentu kita akan menjadi bangsa yang tertinggal. Oleh karena itu kami berharap ini adalah kesempatan yang baik untuk bangun sektor kelautan dan perikanan di Blora,” ucap Firman.

Melalui pelatihan ini, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blora, Raden Gundala Wejasena juga optimis, meskipun Kabupaten Blora tidak memiliki laut dan merupakan wilayah pegunungan kapur dengan curah hujan relatif rendah, masyarakatnya akan tetap mampu memanfaatkan potensi air yang terbatas untuk meningkatkan subsektor perikanan budidaya.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengajak para pembudidaya untuk senantiasa berpikir kreatif dan berinovasi. Sehingga tidak hanya andal dalam mengelola tambak, tetapi juga mampu menghasilkan produk lain yang mendorong pengembangan budi daya perikanan di Indonesia. Salah satu yang bisa dikembangkan oleh pembudidaya milenial adalah pakan mandiri yang berkualitas. Persoalan yang dihadapi selama ini adalah bahan baku pakan yang masih bergantung pada impor.

HUMAS BRSDM

Sumber:

KKP WEB BPPSDMKP

Logo Logo
Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN
Telp : 021 3519070 (Hunting) Fax : 021 3513287 Email : bppsdm@kkp.go.id
Gedung Mina Bahari III, Lantai 6 & 7, Jalan Medan Merdeka Timur No. 16, Jakarta 10110

Media Sosial

PENGUNJUNG

146288

© Copyright 2024, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI