Atasi Pakan Ikan, KKP Latih Budidaya Maggot

Jumat, 26 November 2021 | 00:00:00 WIB


TEGAL (26/11) - Pakan merupakan komponen biaya tertinggi dalam kegiatan budidaya perikanan. Tantangan terbesarnya yakni penyediaan bahan baku pembuatan pakan yang memiliki kadar gizi dan protein tinggi. Tepung ikan untuk pembuatan pakan ikan, sebagian besar didapat melalui impor, sehingga harga cenderung tinggi dan menyulitkan pembudidaya. Guna mengatasinya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggelar pelatihan pembuatan pakan di berbagai daerah.

Pelatihan tersebut diselenggarakan oleh Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) melalui Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP). Terbaru, diselenggarakan Pelatihan Budidaya Maggot bagi 100 orang masyarakat perikanan di Kabupaten Temanggung pada 23-24 November 2021. Pelatihan ini dilakukan untuk mendukung program prioritas yang menjadi terobosan KKP.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono telah menetapkan program prioritas tersebut, yaitu peningkatan PNBP sumber daya alam perikanan tangkap untuk kesejahteraan nelayan, pengembangan budidaya berbasis pada ekspor, dan pembangunan kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal. Pelatihan budidaya maggot dilakukan untuk mendukung program kedua dan ketiga.

Plt. Kepala BRSDM Kusdiantoro mengatakan, produksi maggot memegang prinsip zero waste (tanpa limbah) yang tengah digenjot Pemerintah Indonesia dalam pengelolaan lingkungan. Menurutnya, maggot memiliki banyak keunggulan untuk dibudidayakan.

"Maggot dapat diproduksi dalam berbagai ukuran sesuai dengan kebutuhan, budidayanya mudah dan pakan yang digunakan sangat bersahabat, yaitu dengan memanfaatkan sampah organik. Praktik ini tentunya meningkatkan nilai ekonomi dan berperan dalam mengatasi masalah sampah," terangnya.

Untuk itu, peserta diberikan materi mengenai biokonversi sampah organik, pengenalan maggot, pengenalan bahan baku (media) budidaya maggot, budidaya Black Soldier Fly (BSF), produksi maggot dan aplikasi maggot sebagai pakan. Melalui fasilitasi Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Tegal, pelatihan luring ini diadakan di Graha Mina Bhakti, Dangkel - Parakan, Kabupaten Temanggung.

Kepala Puslatluh KP Lilly Aprilya Pregiwati menyampaikan, maggot yang merupakan larva lalat BSF ini adalah salah satu bahan solusi pakan alternatif yang cukup murah dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan. Pasalnya hewan ini mengandung protein yang cukup tinggi.

"Kandungan protein dalam larva BSF ini mencapai 41 sampai 42%, cukup setara dengan kandungan protein pada pakan ikan pabrikan yang berkisar antara 20 hingga 45%. Selain itu, maggot juga mengandung kalsium, fosfor dan nutrisi lainnya yang baik bagi pertumbuhan ikan," ujarnya.

Tak kalah menarik, dia menyebut, pelatihan ini dipandu oleh para Pelatih BPPP Tegal dan Mahmud Effendi, penyuluh perikanan Kabupaten Temanggung yang pada 17 Agustus 2021 lalu menerima tanda kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden Joko Widodo. Mahmud meraih penghargaan tersebut atas jasanya dalam mengembangkan maggot sebagai pakan alternatif guna menekan biaya produksi budidaya ikan.

Anggota Komisi IV DPR RI Panggah Susanto menyebut, budidaya maggot ini didukungnya sebagai "challenge" dan respon pemerintah bagi isu sampah dan lingkungan baik di kota-kota maupun perdesaan.

"Dengan adanya kegiatan pengumpulan sampah organik dari pasar-pasar lokal, diharapkan dapat mengurangi beban TPA, karena sampah yang diolah tersebut dapat menjadi media bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan maggot serta hasil lain seperti pupuk kompos dan cair. Hal ini tentunya sejalan dengan program yang telah dicanangkan Kabupaten Temanggung dalam rangka mewujudkan 'Temanggung Bebas Sampah'," ucapnya.

Mengapresiasi hadirnya pelatihan, Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Temanggung, Esti Dwi Utami menyampaikan, pemanfaatan maggot sebagai salah satu alternatif pakan yang melibatkan sampah sebagai medianya, selaras dengan program unggulan Pemerintah Kabupaten Temanggung yaitu Masyarakat Unggul Sejahtera dengan Tani Pekarangan dan Desa Bebas Sampah (Mustika Desa). Esti optimis, pelatihan dapat membantu masyarakat dalam mengefisiensikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk membeli pakan sampai dengan 50 persen.

"Sebagai contoh, dalam budidaya 1.000 ekor lele dengan biaya produksi seharga 4 juta rupiah, biaya pakan biasanya mencapai 2 juta. Tetapi dengan menggunakan maggot, biaya pakan bisa dihemat sampai dengan 1 sampai 1,25 juta," ungkapnya.

Melalui kegiatan ini, diharapkan peserta pelatihan dapat mengembangkan budidaya maggot di tempat tinggal dan tempat kerjanya sebagai pilot proyek atau sentra produksi maggot melalui percontohan penyuluhan dan desa inovasi. Upaya tersebut diharapkan dapat memberikan hasil yang berkelanjutan kepada kesejahteraan masyarakat.

HUMAS BRSDM

Sumber:

KKP WEB BPPSDMKP

Logo Logo
Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN
Telp : 021 3519070 (Hunting) Fax : 021 3513287 Email : bppsdm@kkp.go.id
Gedung Mina Bahari III, Lantai 6 & 7, Jalan Medan Merdeka Timur No. 16, Jakarta 10110

Media Sosial

PENGUNJUNG

146523

© Copyright 2024, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI