Saat Sampah Menjadi Rupiah dan Menembus Pasar Ekspor

Rabu, 6 Juli 2022


BATAM - Terik matahari mulai tertutup awan saat Muslih mulai merapat ke dermaga kayu di Pulau Panjang, Kecamatan Pulau Setokok, Batam. Di ujung dermaga, sekira pukul 16.10 WIB, istri dan ketiga anaknya menyambut dan bersiap membantu Muslih menurunkan muatan dari perahu sampan yang dia gunakan.

"Alhamdulillah, hari ini dapat cukup banyak. Ini kalau disini sebutannya rengkam," kata Muslih sembari menunjukkan rumput laut liar jenis sargassum yang tumbuh subur di sekitar pulau, .. (6/7/2022).

Muslih pun mengajak istri dan anak-anaknya untuk segera menjemur tangkapannya. Jika memang sudah benar-benar kering, rengkam tangkapannya segera dia setorkan ke Yudi, pemilik unit pengolah ikan yang berada di seberang pulau, atau di sekitar Jembatan II Barelang.

"Nanti kalau sudah kering, kita jual ke pak Yudi," sambungnya.

Perkilo rengkam kering dihargai Rp2.000. Sementara perhari, Muslih bisa mengumpulkan hingga 1 kuintal lebih rengkam atau rumput laut liar. Kepada tim Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Batam, dia menuturkan perkenalannya dengan komoditas yang sempat dianggap sampah oleh masyarakat di sekitar pulau.

"Ini dulu kita biarkan saja, tidak diambil juga dia mati sendiri, tapi kemudian tumbuh lagi. Kita anggap rengkam ini sampah," tutur Muslih.

Hingga pada suatu hari, Ketua RW di Pulau Panjang ini berkenalan dengan Yudi sekaligus mengajaknya untuk bermain di sebuah gudang yang terletak di sekitar Jembatan II. Muslih pun berkesempatan melihat langsung aktivitas bongkar muat rengkam yang sudah dikeringkan dimasukkan ke kontainer untuk dikirim ke Tiongkok.

"Ternyata rengkam sangat berharga dan diekspor. Dulu Pak Yudi ngumpulin sendiri dia butuh waktu 2 bulan untuk dapat 1 kontainer," kenang Muslih.

Sejak saat itu, Muslih memutuskan beralih dari nelayan penangkap ikan menjadi nelayan pengumpul rengkam. Sebagai sosok yang dituakan di Pulau Panjang, dia juga mengajak warga disekitarnya, termasuk para pemuda untuk ikut memanen rengkam dan menjualnya ke Yudi.

"Saya sempat ditolak dan didemo, karena mereka kuatir saya merusak terumbu karang," ujarnya.

Perlahan tapi pasti, warga Pulau Panjang justru mengikuti jejaknya. Tak hanya pemuda, orang-orang tua pun banting stir menjadi penangkap rengkam. Kini, 174 kepala keluarga yang menempati Pulau Panjang, semua beraktivitas mengumpulkan rengkam dan menyetor ke gudang milik Yudi.

"Dari rengkam, alhamdulillah kami bisa makan dan juga sekolahkan anak. Sekarang nyari ikan cuma jadi sambilan," akunya, bangga.

Di tempat yang sama, Kepala SKIPM Batam, Darwin Syahputra mengaku salut dengan perubahan paradigma melaut masyarakat Pulau Panjang. Menurutnya, sebagai daerah kepulauan, Batam memang memiliki segudang potensi yang bisa dioptimalkan, termasuk rengkam ini.

"Tentu ini anugerah yang patut kita syukuri, rumput laut liar tumbuh subur sudah bisa dipanen," kata Darwin.

Darwin menambahkan, SKIPM Batam juga tak henti-hentinya mengedukasi masyarakat terkait manfaat potensi rengkam. Saat komoditas ini mulai diekspor, dia menyebut para pendahulunya senantiasa memberikan kemudahan, termasuk penjagaan kualitas dan mutu agar rengkam benar-benar masuk ke pasar internasional.

"Sejak awal, rengkam ini kita kawal dari sisi quality assurance. Dari yang awalnya sedikit yang diekspor, sekarang makin banyak. Bahkan bisa dibilang komoditass ini tak terpengaruh pandemi," jelas Dawrin.

Merujuk data perlintasan, ekspor rumput laut kering memang kian meningkat dalam kurun waktu 2 tahun terakhir. Tahun 2020 misalnya, volume ekspor sebesar 600.520 kg senilai Rp1.676.220.000 dengan frekuensi pengiriman sebanyak 14 kali. Jumlah ini meningkat menjadi 6.496.873 kg senilai Rp22.241.477.552 dengan frekuensi pengiriman sebanyak 52 kali.

"Nah tahun ini, hingga April 2022, volume ekspornya sudah 2.320.011 kg senilai Rp7.259.498.933 dengan frekuensi pengiriman sebanyak 42 kali," tutup Darwin.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyebut 3 program prioritas KKP dibawah komandonya. Ketiga program tersebut meliputi penangkapan ikan terukur, pengembangan budidaya perikanan berorientasi ekspor dan pembangunan kampung budidaya berbasis kearifan lokal.

Khusus rumput laut, Menteri Trenggono menyakini bahwa meningkatnya produktivitas komoditas ini dapat berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat atau pembudidaya.

Sumber:

KKP WEB BKIPM

Logo Logo
Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan

Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Gd Mina Bahari II Lt 6 Email: info@bkipm.kkp.go.id Telp : 021-3513306 Fax : 021-3513282

Media Sosial

PENGUNJUNG

167893

© Copyright 2024, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI