Ikan Napoleon
Gambar 1. Ikan Napoleon (sumber : hakaimagazine.com)
DESKRIPSI
Ikan Napoleon di Indonesia dikenal dengan beberapa nama yaitu Napoleon, maming, langkoe, somay6 dan di luar negeri dikenal dengan nama maori, Napoleon atau humphead wrasse (Inggris), so-mei (Hong Kong, Cina Selatan dan Taiwan)7, maml (Palauan)8. Berdasarkan ukurannya, ikan ini merupakan anggota paling besar dari famili Labridae, dengan ukuran maksimum lebih dari 2 m dan berat 190 kg9. Ikan ini adalah salah satu komoditas unggulan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Di Beijing, ikan yang berasal dari Indonesia dengan ukuran 1.5-2.5 kg dihargai hingga USD 320/kg10. Secara alami kelimpahan maksimum ikan Napoleon dewasa yang tercatat jarang melebihi 10 ind./ha dan 10 kali lebih rendah pada daerah dengan intensitas penangkapan ikan yang tinggi11. Beberapa hasil survei yang telah dilakukan di wilayah Perairan Indonesia menunjukkan angka populasi yang rendah, seperti hasil studi yang dilakukan Colin pada tahun 2005, kelimpahan ikan Napoleon di Indonesia adalah 0.04-0.86 ind./ha, dengan panjang track survei 125 km di Bali Kangean dan Raja Ampat12, di Kepulauan Sembilan Sinjai 0-6.3 ind./ha, di Takabonerate 0-4.17 ind./ha, dan bahkan survei di Teluk Maumere tidak ditemukan jenis ikan ini13. Ikan napoleon bersifat hermaprodit protogini dan mencapai kematangan seksual pada umur 57 tahun16. Peran ekologi ikan napoleon sebagai predator yang menyukai bintang laut mahkota (Acanthaster planci) yaitu spesies pemakan polip karang17.
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Perciformes
Famili : Labridae
Species : Cheilinus undulatus
Nama umum : Giant Wrasse, Humphead, Humphead Wrasse, Maori Wrasse, Napoleon Wrasse,
Truck Wrasse, Undulate Wrasse
Nama lokal : Napoleon, maming, mengkait, ketipas, siomay, bele-bele, ikan lemak, ikan licin
PENYEBARAN
Distribusi ikan napoleon secara luas berada disekitar terumbu karang dan habitat dekat pantai disepanjang daerah tropis IndoPacific, dari bagian barat Indian Ocean dan Red Sea sampai bagian selatan Jepang, New Caledonia dan termasuk Pacific Ocean bagian tengah18. Kepulauan Indonesia yang terbentang antara Samudera Hindia dan Samudra Pasifik memiliki luas terumbu karang mencapai 50.875 Km219, atau sekitar 18% dari total kawasan terumbu karang dunia. Sebagian besar terumbu karang tersebut berada di Indonesia bagian timur. Terumbu karang Indonesia yang masuk kedalam kawasan segitiga karang (coral triangle) merupakan salah satu keanekaragaman hayati terkaya dan merupakan habitat bagi 590 spesies karang keras20. Berdasarkan kondisi dan keberadaan terumbu karang di wilayah Indonesia, kemungkinan ditemukannya ikan napoleon di perairan Indonesia cukup tinggi18. Hasil pemetaan potensi yang dilakukan oleh LPSPL Sorong, sebaran ikan napoleon ditemukan hampir di seluruh kawasan ekosistem terumbu karang yang terdapat di wilayah kerja Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara.
STATUS PERLINDUNGAN
- Secara nasional ikan napoleon memiliki status perlindungan secara terbatas berdasarkan keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 37/KEPMEN-KP/2013 tentang Penetapan Status Perlindungan Ikan Napoleon. Ukuran yang diperbolehkan ditangkap adalah ikan yang berukuran ˂ 100 gram dan berukuran 1000 gram sampai dengan 3000 gram. Ikan Napoleon dengan berat 1000 gram mempunyai panjang total sekitar 38 cm dan ikan Napoleon yang mempunyai berat sekitar 3000 gram mempunyai panjang sekitar 55 cm.
- Melalui COP 13 CITES di Bangkok Thailand pada tanggal 2-14 Oktober 2004, negara-negara anggota CITES menyepakati untuk memasukkan jenis ikan Napoleon ke dalam daftar appendiks II CITES dan selanjutnya dalam pemanfaatannya harus sesuai dengan ketentuan CITES. Indonesia merupakan salah satu negara yang telah meratifikasi CITES sesuai Keputusan Presiden Nomor 43 Tahun 1978 tentang Pengesahan Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) of Wild Fauna and Flora.
HASIL SURVEI KELIMPAHAN IKAN NAPOLEON DI WILAYAH KERJA LOKA PSPL SORONG
Survei/monitoring kelimpahan ikan Napoleon penting dilakukan untuk menyediakan data dan informasi potensi sumberdaya pada suatu wilayah, yang selanjutnya menjadi dasar bagi otoritas keilmuan dan otoritas pengelola untuk memberi rekomendasi dan menetapkan kuota penangkapan tahunan.
Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Sorong merupakan Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan yang sejak tahun 2012 melakukan survei/monitoring ikan Napoleon dengan metode Underwater Visual Census (UVC) dengan Global Positioning System (GPS) di beberapa lokasi cakupan wilayah kerja antara lain Perairan Kabupaten Raja Ampat, perairan Kepulauan Padaido, perairan Kepulauan Banda, perairan Halmahera Selatan, perairan Kepulauan Osi.
Kelimpahan ikan napoleon di Kabupaten Raja Ampat
Provinsi Papua Barat hampir setiap tahun mendapat jatah kuota tangkap ikan Napoleon, dan kuota ini berlaku untuk Kabupaten Raja Ampat. Pada tahun 2009 dan 2010 kuota tangkap di wilayah Perairan Kabupaten Raja Ampat mencapai 2000 ekor/tahun, kemudian tahun 2011 mengalami penurunan 1330 ekor, tahun 2012 tidak ada kuota, tahun 2013 dan 2014 kuota tangkap yang diperbolehkan hanya 400 ekor, tahun 2015 tidak ada kuota dan pada tahun 2016 mendapat kuota sebanyak 600 ekor1.
Tahun 2012, LPSPL Sorong melibatkan LIPI melakukan monitoring kelimpahan ikan Napoleon pada lokasi survei yang kurang lebih sama dengan lintasan survei yang dilakukan oleh IUCN tahun 2005. Nilai kelimpahan yang diperoleh adalah 3,05 ekor/ha setelah dilakukan survei sepanjang 29,020 km dengan luas area 203.140 m2, jumlah ikan yang ditemukan 62 ekor. Sebagian besar ikan Napoleon yang ditemukan pada survei tahun 2005 dan tahun 2012 adalah pada lintasan survei di wilayah Pulau Kri-Mansuar. Adanya peningkatan nilai kelimpahan merupakan dampak dari unsur konservasi. Sejak Pulau Kri-Mansuar dikelola untuk pengembangan wisata oleh penanam modal asing, kawasan tersebut menjadi area larang tangkap.
Tahun 2013 dilakukan survei pada 2 wilayah perairan, yaitu Kecamatan Misool dan Waigeo Barat. Hasil yang diperoleh pada survei di Kecamatan Misool adalah kelimpahan ikan Napoleon 2,83 ekor/ha setelah melakukan survei sepanjang 26,115 km dengan luas area 261.158 m2, jumlah ikan yang ditemukan 74 ekor. Sementara hasil yang diperoleh pada survei di Kecamatan Waigeo Barat adalah kelimpahan ikan 3,18 ekor/ha setelah melakukan survei sepanjang 18,829 km dengan luas area 150.634 m2, jumlah ikan yang ditemukan 48 ekor.
Tahun 2015, dilakukan survei pada Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kepulauan Ayau-Asia. Hasil yang diperoleh adalah nilai kelimpahan ikan Napoleon 3,19 ekor/ha setelah dilakukan survei sepanjang 23,044 km dengan luas area 253.488 m2. Jumlah ikan yang ditemukan 81 ekor.
Tabel 1. Kelimpahan ikan Napoleon (Cheilinus undulatus) di Kabupaten Raja Ampat tahun 2012-2015
Data hasil survei tahun 2012 sampai 2015 pada 4 lokasi seperti yang terekap pada Tabel 1, memperlihatkan bahwa jumlah ikan dan nilai kelimpahan tertinggi terdapat pada KKPD Kepulauan Ayau-Asia. Hal ini menunjukkan bahwa unsur konservasi wilayah memberikan kesempatan pulihnya populasi ikan tersebut di masa depan2, karena kawasan konservasi laut memiliki manfaat diantaranya untuk perlindungan terhadap spesies endemik dan spesies langka, perlindungan terhadap spesies yang rentan dalam masa pertumbuhan serta pengurangan mortalitas akibat penangkapan3.
Kelimpahan ikan napoleon di Kepulauan Padaido
Kepulauan Padaido terletak di Kabupaten Biak Numfor, dan sebagian besar kawasan ini merupakan Kawasan Konservasi Perairan Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Padaido dan laut sekitarnya4. Survei ikan napoleon di kawasan ini dilakukan pada tahun 2015 di Pulau Samakur, Pulau Dawi, Pulau Wamsoi, Pulau Rasi, Pulau Meos Mangguandi, Pulau Mbromsi, Pulau Pasi, Pulau Pakreki, Pulau Nusi, Pulau Pai, Pulau Wundi dan Pulau Auki. Total Ikan Napoleon yang dicatat sebanyak 27 ekor, dengan jumlah terbanyak di Perairan Pulau Auki sebanyak 8 ekor dan terendah di Perairan Pulau Dawi dan Pulau Rasi sebanyak 1 ekor, sedangkan di Pulau Samakur, Pulau Mbromsi, Pulau Pasi, Pulau Pakreki dan Pulau Pai tidak ditemukan ikan Napoleon (Gambar 1). Kisaran ukuran ikan 10-40 cm yang didominasi ikan berukuran 40 cm sebanyak 7 ekor. Lintasan survei yang ditempuh sepanjang ± 19 km dengan luas area pengamatan ± 30 hektar. Nilai kelimpahan ikan Napoleon 0,89 ekor/hektar.
Gambar 1. Grafik Jumlah ikan Napoleon di setiap lokasi survei di Kepulauan Padaido
Kelimpahan ikan napoleon di Kepulauan Banda
Kepulauan Banda terletak di Kabupaten Maluku Tengah, kawasan ini merupakan Kawasan Konservasi Perairan Nasional dengan nomenklatur Taman Wisata Perairan (TWP) Laut Banda5. Monitoring kelimpahan ikan Napoleon di wilayah perairan Kepulauan Banda dilakukan pada tahun 2012 yang merupakan pengulangan dari survei yang dilakukan oleh IUCN dan LIPI tahun 2006. Track survei berada di beberapa lokasi yaitu pulau Rhun, pulau Ai, pulau Hatta, pulau Sjahrir, pulau Banda Besar, dan Pulau Gunung Api. Jumlah ikan yang dicatat pada monitoring ini sebanyak 90 ekor, terbanyak ditemukan di Pulau Ai yaitu 30 ekor dan paling sedikit di Pulau Syahrir sebanyak 1 ekor, sedangkan di Pulau Gunung Api tidak ditemukan ikan Napoleon (Gambar 2). Kisaran ukuran ikan adalah 15-80 cm, didominasi ukuran 40 cm sebanyak 19 ekor. Panjang lintasan survei ± 23 km meliputi wilayah seluas 23,0282 ha. Nilai kelimpahan ikan Napoleon adalah 4,3 ekor/ha.
Gambar 2. Grafik Jumlah ikan Napoleon di setiap lokasi survei di Kepulauan Banda
Kelimpahan ikan Napoleon di wilayah perairan Kabupaten Halmahera Selatan
Survei ikan Napoleon di wilayah perairan Kabupaten Halmahera Selatan dilakukan di Desa Yoyok, Lelengusu, Musae, Bajo, Pulau Babatin, Mamalayu, Samo, Nanoang, Tuada, Parapotang, Pacitaka, dan Paradotang pada tahun 2014. Pada survei ini ditemukan 46 ekor ikan Napoleon dengan kisaran ukuran 7-50 cm, yang didominasi oleh ikan-ikan berukuran 25 cm sebanyak 17 ekor. Jumlah ikan yang ditemukan berdasarkan lokasi, terbanyak di wilayah perairan pulau Samo dan Parapotang sebanyak 11 ekor dan jumlah terendah di wilayah perairan desa Yoyok, Lelengusu dan pulau Pacitaka ditemukan 2 ekor ikan Napoleon, sementara di perairan Pulau Babatin, Pulau Mamalayu, Desa Musae dan Desa Bajo tidak ditemukan ikan Napoleon (Gambar 3). Panjang lintasan survei di wilayah perairan Kabupaten Halmahera Selatan adalah ± 20,76 km dengan swath (lebar lintasan survei) 10 meter, sehingga total luasan area survei adalah 20,76 ha. Nilai kelimpahan ikan Napoleon adalah 2,2 ekor/ha.
Gambar 3. Grafik Jumlah ikan Napoleon di setiap lokasi survei di Wilayah
Perairan Kabupaten Halmahera Selatan
Kelimpahan ikan Napoleon di wilayah perairan Kabupaten Seram Bagian Barat
Survei ikan Napoleon di wilayah perairan Kabupaten Seram Bagian Barat, dilaksanakan di sekitar Kepulauan Osi yang meliputi Pulau Osi, Pulau Marsegu, Pulau Siri, Tanjung Kawa, Pulau Buntal, dan perairan sekitar Desa Pelita Jaya pada tahun 2013. Pada survei ini ditemukan sebanyak 108 ekor ikan Napoleon, jumlah terbanyak di perairan Pulau Buntal sebanyak 51 ekor dan jumlah terendah di perairan Tanjung Kawa sebanyak 1 ekor, sedangkan di Pulau Siri tidak ditemukan ikan Napoleon (Gambar 4). Kisaran ukuran ikan Napoleon yang ditemukan adalah 3-30 cm, didominasi ikan berukuran 20 cm sebanyak 28 ekor. Panjang lintasan yang disurvei adalah ± 17,6 km dengan swath (lebar lintasan survei) 8 meter, sehingga total area yang di-cover seluas ± 14 ha. Kelimpahan ikan Napoleon di wilayah perairan Kabupaten Seram Bagian Barat adalah 7,7 ekor/ha.
Gambar 4. Grafik Jumlah ikan Napoleon di setiap lokasi survei di wilayah perairan Kabupaten Seram Bagian Barat