Profil TWP. Kepulauaan Kapoposang
Gambar 1. Peta Kawasan TWP. Kepulauan Kapoposang dan laut sekitarnya
Nama Kawasan :
Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya
Dasar Hukum:
- Penetapan
TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya merupakan salah satu Kawasan Konservasi Perairan Nasional yang sebelumnya ditetapkan berdasarkan SK Menhut No.588/Kpts-VI/1996 sebagai Taman Wisata Alam. Berdasarkan Berita Acara Serah terima Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam dari Departemen Kehutanan Kepada Departemen Kelautan dan Perikanan Nomor: BA.01/Menhut-IV/2009-BA 108/MEN.KP/III/2009 tanggal 4 Maret, pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ini diserahkan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan dan ditetapkan menjadi Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya melalui Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan KEP.66/MEN/2009.
Luas Kawasan
Kepulauan Kapoposang dan Laut di sekitarnya memiliki luas 50.000 ha. Sedangkan luas masing-masing pulau yang ada di dalam TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut di sekitarnya adalah : Kapoposang ± 42 Ha, Papandangan ± 13 Ha, Gondongbali ±15 Ha, Tambakulu ± 7 Ha, Pamanggangan ± 8 Ha, dan Suranti ± 2,4 Ha.
Letak, Lokasi dan Batas-batas Kawasan
Secara geografis, Kawasan konservsi Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Kapoposang dan Laut di sekitarnya terletak pada koordinat 4°37’ sampai 4°52’ Lintang Selatan dan 118°54’00” sampai 119°10’00’’ Bujur Timur. Secara administratif, Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Kapoposang dan Laut di sekitarnya termasuk dalam wilayah Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Kawasan ini terbagi atas 2 desa yaitu Pulau Kapoposang dan Pulau Papandangan yang masuk di dalam wilayah Desa Mattiro Ujung dan Pulau Gondongbali, Pamanggangan, Tambakulu dan Suranti masuk wilayah Desa Mattiro Matae.
TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut di sekitarnya meliputi 6 (enam) pulau yakni, pulau Kapoposang, Papandangan, Pamanggangan, Tambakulu, Gondongbali, dan Suranti dan gugusan terumbu karang. Dari 6 (enam) pulau tersebut, terbagi atas 3 (tiga) pulau berpenghuni yaitu: Pulau Kapoposang, Papandangan, dan Gondongbali. Sedangkan tiga pulau lainnya (Pulau Tambakulu, Pamanggangan dan Suranti) tidak berpenghuni.
Target Konservasi
- Target Sumberdaya (Bioekoregion)
TWP Kepulauan Kapoposang memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi bila dibandingkan kawasan lain yang berada di perairan Selat Makassar. Keanekaragaman ekosistem terumbu karang dimana potensi jenis karang keras (sclerectinia) merupakan perwakilan dari jenis karang keras yang ada di Selat Makassar khususnya Kepulauan Spermonde.
Berdasarkan hasil monitoring kondisi kesehatan terumbu karang di TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya, tercatat sebanyak 224 jenis karang keras (Sclerectinia) dengan jumlah genera karang yang teridentifikasi didapatkan 20 genera. Sedangkan untuk jenis ikan karang tercatat sebanyak 251 jenis ikan karang dari 31 famili dan 93 genera.
Potensi ekosistem padang lamun di TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya teridentifikasi sebanyak 8 spesies dari 6 genera, berdasarkan hasil analisa data spasial, secara keseluruhan luas keseluruhan padang lamun diperkirakan seluas 83 ha yang tersebar di 6 pulau yang ada di TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya.
Selain potensi ekosistem, terdapat pula sejumlah potensi lain yaitu keanekaragaman jenis fauna yang saat ini ditetapkan sebagai spesies yang langka dan dilindungi. Dari sejumlah monitoring yang telah dilakukan, teridentifikasi bahwa ekosistem terumbu karang di Taman Wisata Perairan Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya merupakan habitat bagi 2 jenis penyu yaitu Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate) dan Penyu Hijau (Chelonia mydas), dan pantai di Pulau Kapoposang, Pulau Papandangan, Pulau Gondongbali, Pulau Pamanggangan, Pulau Tambakhulu dan Pulau Suranti merupakan area pendaratan penyu untuk melakukan peneluran
Terdapat spesies Arthropoda terbesar di Pulau Kapoposang yaitu Ketam Kenari (Birgus latro), Pulau Kapoposang memiliki tutupan vegetasi pantai yang lebat yang didominasi oleh Pohon Kelapa, dimana tanaman tersebut merupakan makanan alami bagi spesies ketam kenari. Dari hasil monitoring yang dilakukan oleh pengelola TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya, status Ketam Kenari (Birgus latro) di Pulau Kapoposang belum mendapatkan ancaman karena masyarakat lokal Pulau Kapoposang tidak menjadikannya sebagai spesies target sehingga kelimpahannya di Pulau Kapoposang masih terjaga.
Spesies lain yang menjadi target konservasi adalah Hiu Paus (Rhincodon typus), berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat di TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya, spesies hiu ini telah lama terlihat di kawasan konservasi ini. Biasanya kemunculan Hiu Paus bersamaan dengan musim ikan teri (Anchovy) yang merupakan makanan bagi hiu paus.
Dari hasil monitoring yang dilakukan oleh pengelola TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya, spesies ini pertama kali teridentifikasi bulan Agustus 2011 dimana kemunculannya berlangsung selama 3 bulan yaitu Agustus-Oktober, kemudian di tahun 2012 kemunculan hiu paus juga teridentifikasi pada bulan yang sama. Memasuki tahun 2013 pengamatan yang dilakukan menemukan bahwa spesies ini muncul sepanjang tahun dan juga berlanjut pada tahun 2014. Adapun wilayah penyebaran hiu paus meliputi gusung-gusung di dekat Pulau Tambakhulu, Perairan Pulau Gondong bali sampai pada Perairan di Sekitar Pulau Pamanggangan.
Sisi positif dari pengelolaan Hiu Paus kedepannya yaitu dengan adanya kearifan lokal masyarakat di Selat Makassar pada umumnya yang menganggap bahwa keberadaaan Hiu Paus pada saat melakukan kegiatan penangkapan akan membawa keberuntungan bagi nelayan, sehingga praktis spesies ini tidak mendapatkan ancaman dan bukan merupakan spesies target. Aktifitas penangkapan ikan teri yang dilakukan oleh masyarakat Pulau Gondong Bali juga masih menggunakan alat tangkap yang sangat tradisional disebut dengan nama “ma‘perre-perre” sehingga tidak mengganggu keberadaan spesies Hiu Paus di Taman Wisata Perairan Kep.Kapoposang dan Laut Sekitarnya.
Dari potensi yang telah teridentifikasi kemudian ditetapkan target konservasi terkait bioekoregion adalah konservasi ekosistem berupa Ekosistem Terumbu Karang dan Ekosistem Padang Lamun, Konservasi Jenis berupa Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate) dan Penyu Hijau(Chelonia mydas), Ketam Kenari (Birgus latro), dan Hiu Paus (Rychodon thypus).
- Target Sosial, Budaya dan Ekonomi
Kondisi Sosial Budaya yang ada dalam masyarakat saat ini di TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya dalam kondisi yang memprihatinkan, kearifan lokal yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan lingkungannya mulai berangsur-angsur hilang di dalam masyarakat. Kesejahteraan dan permasalahan ekonomi masyrarakat di dalam kawasan konservasi perairan yang tertinggal jauh dibandingkan masyarakat pulau lain di luar kawasan memberikan andil yang cukup besar terhadap lunturnya nilai-nilai budaya dan kearifan dalam menjaga kondisi lingkungan.
Orientasi nilai dalam hidup yang mengacu pada budaya Suku Bugis dan Makassar “siri’ na pace”, yaitu suatu nilai budaya yang diterapkan pada setiap sendi kehidupan, mengutamakan harga diri, menjaga rasa malu dan solidaritas social yang juga berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan pemanfaatan lingkungan yang dulunya dipegang erat. Rasa malu apabila melakukan sesuatu yang merusak dalam pemanfaatan lingkungan saat ini tergantikan oleh keserakahan dan mengejar keuntungan pribadi.
Dilandasi oleh kondisi saat ini, target social budaya dan ekonomi dalam pengelolaan TWP Kepulauan Kapoposang adalah menumbuhkan kembangkan budaya dan adat istiadat “siri’ na pace” yang dikaitkan dengan pemanfaatan lingkungan oleh masyarakat di TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya, selain itu permasahan ekonomi yang selama ini menjadi kendala dalam pengelolaan kawasan konservasi ini harus pula menjadi perhatian utama, sehingga kesejahteraan masyarakat di dalam kawasan dapat meningkat dan berimplikasi langsung pada menurunnya tekanan terhadap sumberdaya hayati.
Potensi Sosial Budaya dan Ekonomi
Dalam aktivitas sosial baik yang sifatnya religius maupun ekonomis, masyarakat Desa Mattiro Ujung masih berpegang kuat pada nilai paternalistik dan feodalistik. Masyarakat Desa Mattiro Ujung sangat yakin bahwa petuah-petuah dari orang yang memiliki kharisma atau yang ditokohkan akan membawa berkah bagi kehidupan mereka. Pada aspek ritual religius, tradisi pemilihan pemimpin ritual dilakukan berdasarkan kharisma seseorang atau leluhurnya yang masih terpancar kepada anak cucunya.
Dalam kehidupan sosial masyarakat juga terdapat strata sosial yang ditentukan oleh nilai ketokohan seseorang, kekayaannya, garis keturunannya dan posisinya dalam institusi sosial dan pemerintahan. Status sosial ini sangat berpengaruh dalam banyak hal, termasuk dalam memutuskan sebuah perkara, termasuk urusan politik. Mayoritas masyarakat menyerahkan sepenuhnya berbagai macam urusan termasuk urusan keluarga kepada para elit dzesa (masyarakat yang memiliki strata sosial yang tinggi).
Kegotongroyongan dan kekeluargaan masyarakat masih cukup tinggi. Untuk kebersihan lingkungan dikenal acara jumat bersih, beberapa fasilitas umum seperti dermaga dan jalan kampung juga dilakukan secara gotong royong. Berhubung warga pulau masih terkait kekerabatan satu sama lain, rasa kekeluargaan juga sangat tinggi. Kepemimpinan patronase yang dipegang oleh tokoh agama masih sangat kuat pengaruhnya, selain itu, pada kelompok lebih kecil, kepemimpinan patronase punggawa terhadap sawinyai juga berpengaruh.
Potensi Pariwisata
a. Diving
Selama ini perairan sekitar Pulau Kapoposang dijadikan tempat untuk menyelam (Diving) oleh wisatawan. Hal ini karena keindahan terumbu Kapoposang mempunyai nilai keindahan yang cukup besar bila dibandingkan dengan pantai lainnya. Kegiatan ini sangat menarik wisatawan untuk mengunjungi pantai Pulau Kapoposang. Ditambah lagi dengan kualitas pantai yang belum tercemar oleh kerusakan alam dan juga pasir putih yang mengelilingi sepanjang kawasan pantai. Beberapa spot-spot penyelaman yang ada di TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut di Sekitarnya seperti Aquarium Point, Tanjung Point, Shark Point, Turtle Point dan Cave Point.
b. Snorkling
TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut di sekitarnya mempunyai ekosistem terumbu karang dan jenis flora fauna yang keanekaragamannya cukup tinggi. Keindahannya sangat menarik minat wisatawan untuk melakukan kegiatan snorkling untuk menikmati keindahan pantai di waktu senggang. Beberapa lokasi snorkling yang bagus adalah di Pulau Kapoposang, Pulau Tambakulu dan Pulau Suranti.
c. Fishing
TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut di sekitarnya juga memiliki jenis ikan yang sangat beranekaragam. Jenis ikannya masih cukup banyak karena masih belum dirusak oleh aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan alat-alat keras ataupun karena faktor lingkungan. Wisatawan melakukan kegiatan Fishing pada waktu-waktu senggang sambil menikmati suasana keindahan pantai Pulau Kapoposang dan pulau-pulau lainnya.
d. Melihat Penyu Bertelur dan Aktivitas Penangkapan Nener
Pada lokasi pantai lain, kegiatan melihat penyu bertelur dan aktivitas Penangkapan Nener sudah jarang kita dapati. Hal ini disebabkan oleh kondisi kerusakan pantai yang belum tertangani dengan baik. Di pantai Pulau Kapoposang keadaan hewan seperti penyu dan nener masih terjaga dengan baik dari kerusakan. Kondisi ini menjadikan wisatawan tertarik untuk mengunjunginya.
e. Sunrise dan Sunset
Dengan keindahan pantai yang masih alami dan kondisi lingkungan yang masih bagus, terutama di pulau Kapoposang, sangat menarik wisatawan untuk menikmati keindahan Sun Rise dan Sun Set. Kegiatan ini cukup menarik untuk dilakukan karena didukung oleh nilai keindahan pantai yang cukup bagus.
Aksesibilitas
Kawasan ini berjarak 68,7 km (37,1 mil laut) dengan baringan kompas 313° arah Barat Laut Kota Makassar. Pulau ini dapat dicapai dengan menggunakan perahu motor selama 5 jam dari Makassar, 4 jam dari Pangkep dan 3,5 jam dari Pulau Balang Lompo (Ibukota kecamatan).
Upaya Pengelolaan Kawasan
Upaya pengelolaan telah dilakukan sejak saat kawasan ini diserah terimakan tahun 2009 sampai dengan saat ini telah banyak hal yang dilakukan baik itu kegiatan yang dilakukan oleh BKKPN Kupang, Direktorat KKJI, LSM, dan Pemerintah Daerah melalui suatu pengelolaan kolaborasi, walaupun belum mencapai hasil yang diharapkan karena banyak kendala teknis yang ditemui. Uraian upaya pengelolaan kawasan sebagai berikut:
1. Penguatan Kelembagaan
a. Peningkatan Sumberdaya Manusia
b. Kegiatan pembentukan dan pengembangan kelompok masyarakat
2. Penguatan Pengelolaan Sumberdaya Kawasan
a. Rehabilitasi kawasan dan populasi jenis.
b. Monitoring sumberdaya alam dan social ekonomi masyarakat
c. Penandaaan batas kawasan
d. Pengawasan dan pengendalian ekosistem
3. Penguatan social, ekonomi dan budaya
a. Pengembangan mata pencaharian alternative
b. Peningkatan kesadaran masyarakat
c. Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan konservasi