Pengendalian Acanthaster planci atau dikenal dengan Bintang Laut Berduri (BLB) kembali dilakukan di TWP Pulau Pieh bersama stakeholder terkait pada tanggal 13 Juli 2017. Kegiatan pengendalian ini merupakan yang ketiga kalinya dilaksanakan. Kegiatan ini juga turut melibatkan stakeholder dan Perguruan Tinggi di Kota Padang yaitu Yayasan Minang Bahari dan UKM Dive Proklamator Universitas Bung Hatta. Lokasi pengendalian berada di stasiun PIEC14 Pulau Toran dengan kedalaman 6 – 23 meter. Tim juga menghitung kepadatan bintang laut berduri tersebut dengan teknik visual sensus yaitu mengikuti transek garis yang dibentangkan untuk pengamatan karang dengan lebar 1 meter kanan dan 1 meter kiri. Didapatkan hasil bahwa kepadatan bintang laut berduri di lokasi tersebut mencapai 39 ekor/140m persegi. Dan sebagai hasilnya, sinergi pengendalian bintang laut berduri ini dapat mengangkat 310 ekor bintang laut berduri di area seluas 500 m2. Bintang laut berduri yang telah diangkat ke darat kemudian ditanam di pasir dengan lokasi di atas garis pasang tertinggi.
Bintang laut berduri merupakan pemangsa dan ancaman terbesar terhadap ekosistem terumbu karang (Pratchett, 2005). Meluasnya bintang laut berduri ini akan menyebabkan kerusakan yang cukup siginifikan pada komunitas terumbu karang khususnya di wilayah tropis termasuk di kawasan konservasi TWP Pulau Pieh dan Laut di Sekitarnya. Tahun 2016 yang lalu kawasan ini dihantam oleh Bleaching yang cukup hebat. Sebagai akibatnya penurunan terhadap tutupan karang sebesar 31,44 % dari tutupan semula. Hal ini merupakan masalah serius yang harus dilakukan penanganan oleh tim di lapang. Beberapa kasus meledaknya populasi bintang laut berduri telah menyebabkan hancurnya terumbu karang. Tahun 2003 di Pulau Moorea Prancis, bintang laut berduri telah mengakibatkan penurunan tutupan karang dari 40% di tahun 2005 menjadi hanya 5% pada tahun 2010. Kematian massal karang juga diikuti oleh penurunan keragaman karang, sehingga menyebabkan peningkatkan yang signifikan pada alga dan karang mati (Kayal et al, 2012).
Penyebab mewabahnya populasi bintang laut berduri masih diperdebatkan. Pasca terjadinya Bleaching tahun 2016 yang lalu di kawasan, populasi bintang laut berduri terus meningkat. Tutupan karang yang turun akibat bleaching semakin tertekan dengan meningkatnya populasi bintang laut berduri tersebut. Sehingga diperlukan strategi penanganan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Penanganan bintang laut berduri ini harus ekstra hati-hati, agar penyebarannya tidak meluas di perairan. Tim telah mempersiapkan metode pengangkatan secara manual dengan tepat. Meskipun masih dengan pengendalian secara manual namun hal tersebut merupakan upaya jangka pendek yang dapat dilakukan oleh tim. Rencana tindak lanjut sebagai langkah sinergi penanganan jangka panjang juga disiapkan. Fenomena bintang laut berduri pasca terjadinya bleaching di kawasan ini juga menarik untuk diteliti dan dikaji. Sinergi antara stakeholder, perguruan tinggi dan pengelola kawasan mutlak diperlukan agar terumbu karang tetap lestari. [hn]