Indonesia   |   English  
Saran Dan Pengaduan

DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT
×

KKP

Kilas Berita  
Optimalisasi Perbaikan Terumbu Karang dengan Transplantasi Menggunakan Metode Jaring Laba-laba (Web Spider)
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem penting yang ada di wilayah pesisir. Memiliki banyak fungsi dan manfaat yang diperoleh, mulai dari lautan hingga ke daratan. Terumbu karang juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi, dimana masyarakat pesisir sering kali memanfaatkannya dalam bidang perikanan maupun wisata. Pemanfaatan yang dilakukan tersebut, selain memiliki keuntungan yang didapatkan, tetapi memiliki dampak buruk terhadap pengeksploitasi yang berlebihan ataupun tidak ramah lingkungan. Di beberapa lokasi pesisir, banyak terjadi kerusakan terumbu karang yang diakibatkan oleh penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti bahan peledak dan bius ikan. Menurut berbagai hasil penelitian yang ada di Kepulauan Spermonde terungkap bahwa kerusakan terumbu karang disebabkan oleh aktivitas manusia dalam penangkapan ikan menggunakan bahan kimia cyanida maupun peledakan bom (Yusuf, et al., 2015). Selain itu dibidang wisata, beberapa lokasi wisata di Indonesia terjadi penurunan kondisi terumbu karang akibat adanya wisatawan yang sengaja maupun tidak dalam menginjak dan mematahkan terumbu karang. Beberapa hal tersebut menyebabkan kerusakan terumbu karang yang cukup tinggi dan menghilangkan fungsi ekosistem terumbu karang untuk wilayah pesisir. Kerusakan yang disebabkan oleh antropogenik, lebih sulit untuk pulih dibandingkan dengan kerusakan yang disebabkan oleh alam (Edwards dan Gomez, 2008).Optimalisasi Perbaikan Terumbu Karang dengan Transplantasi Menggunakan Metode Jaring Laba-laba (Web Spider)

 

Kerusakan yang terjadi pada terumbu karang, menimbulkan upaya-upaya yang dilakukan oleh pengelola maupun masyarakat setempat untuk memperbaikinya. Terdapat beberapa metode restorasi terumbu karang yang biasa dilakukan di wilayah pesisir, mulai dari membangun terumbu buatan hingga transplantasi terumbu karang. Upaya yang akan dilakukan tersebut disesuaikan dengan kondisi kerusakan dan kondisi lingkungan sekitar. Salah satu contoh seperti di Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Kapoposang yang telah beberapa kali melakukan kegiatan transplantasi terumbu karang dengan menggunakan metode ikat.

 

Dari beberapa banyak metode transplantasi terumbu karang yang ada di Indonesia, terdapat salah satu metode yang cukup menarik dan mampu untuk mengatasi kerusakan terumbu karang, metode tersebut yaitu jaring laba-laba (web spider). Metode yang akan dilakukan rangkanya berbentuk menyerupai jaring laba-laba sehingga disebut metode jaring laba-laba. Metode ini merupakan metode rehabilitasi terumbu karang yang diadopsi dari rehabilitasi yang dilakukan di Pulau Badi (Williams et al., 2019). Metode ini digunakan untuk mengatasi kerusakan terumbu karang dengan area yang luas akibat adanya penggunaan bom untuk menangkap ikan yang menghancurkan struktur terumbu karang.

 

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, metode ini memiliki beberapa kelebihan dibandingan dengan metode lainnya. Pertama, struktur dari rangka yang dibuat merupakan material yang murah untuk merehabilitasi terumbu karang hancur yang luas akibat dari penggunaan bom ikan ataupun badai. Kedua, rangka memberikan alur air sehingga tidak mudah terhempas gelombang. Ketiga, rangkanya juga berfungsi menjebak pecahan karang, dan berfungsi menstabilkan substrat secara efektif. Selain itu mendukung rekrutmen, pertumbuhan, dan keanekaragaman karang yang tinggi. Di beberapa daerah khususnya di Sulawesi Selatan telah melakukan transplantasi terumbu karang dengan metode ini, seperti di Pulau Badi dan Taman Nasional Taka Bonerate.

 

Pembuatan Media Jaring Laba-laba dan Pelaksanaannya

 

Berikut adalah alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan media jaring laba-laba:

 

Alat yang digunakan untuk membuat kerangka jaring laba-laba ini yaitu:

 

  1. Gergaji Besi
  2. Tuas pengungkit
  3. Alat Pengelas
  4. Kuas
  5. Roll meter

 

Bahan yang digunakan yaitu:

 

  1. Baja/besi batangan dengan jenis R10
  2. Resin
  3. Pencegah karat
  4. Pasir pantai yang kasar
  5. Kabel ties
  6. Fragmen karang

 

Ilustrasi media transplantasi terumbu karang - kerangka jaring laba-laba

 

Tahapan kegiatan dibagi menjadi 3 bagian yang terdiri dari beberapa sub bagian:

 

  1. Pembuatan media/kerangka
    1. Pengukuran dan pemotongan baja batangan
    2. Pembentukan baja yang sudah dipotong
    3. Pengelasan baja yang sudah dirangkai
    4. Pengecatan pencegah/anti karat
    5. Pengecatan dengan resin dan dibalurkan dengan pasir pantai
    6. Pengeringan/penjemuran
  2. Peletakan media/kerangka
    1. Pengambilan fragmen anakan karang dilaut
    2. Pemotongan fragmen karang dengan ukuran kurang lebih 10cm
    3. Peletakan kerangka jaring laba-laba di substrat dasar.
    4. Pemasangan anakan karang menggunakan kabel ties
  3. Perawatan dan monitoring setelah 3 bulan
    1. Pembersihan kerangka jaring laba-laba dari alga yang menempel
    2. Pengukuran anakan karang dan rekrutmen karang yang tumbuh baru dikerangka
    3. Analisis hasil pengukuran
    4. Pembuatan laporan monitoring rehabilitasi terumbu karang

 

Hasil pembuatan kerangka jaring laba-laba 

(Azhar/BKKPN Kupang)

Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut   19 Juli 2019   Dilihat : 5760



Artikel Terkait: