Selamat Jalan Mas (Kang) Aryo Hanggono, A Man With Patio (Sebuah Eulogy)

Senin, 28 September 2020 | 00:00:00 WIB


Oleh Miftah Sabri

 

Dari Allah kembali ke Allah. Telah berpulang ke haribaan Ilahi Rabbi Dr Aryo Hanggono. Direktur Jenderal Penataan Ruang Laut Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.

 

4.50 di RSPAD. Senin 28 September 2020. 25 menit setelah Azan subuh berkumandang, Ia pun kembali pulang ke rumah abadi. Hayya Alal Falah. Marilah menuju kemenangan. Dan beliaupun kembali ke rumah kemenangan nan sejati. Haribaan ilahi rabbi. Penciptanya.

 

Mas Aryo. Saya mengenalnya di sebuah rapat pimpinan KKP di hampir setahun yang lalu. Selalu tersenyum dan ceria. Kala itu jabatannya staf ahli menteri. Sebagai orang baru di sektor ini, saya langsung minta waktu ke beliau untuk sowan. Belajar. Kami akhirnya menjadi akrab.

 

Dia satu satunya eselon 1 yang tidak birokratis dan sangat luwes, atleast sepanjang pergaulan bersama saya. Bra bro bra bro aja. Lu gw lu gw aja kalau berbicara in person. Tidak ada kesan bermanis manis mulut ala pejabat yang kerap didapati di republik +62. Bukan jenis orang yang pandai berminyak air. Karena sejenis dalam hal ini kami pun nyambung.

 

Saya kalau mau nanya nanya soal saintific reasoning di balik sebuah kebijakan saya tinggal telepon, wa, atau email. Semua direspon dengan cepat. Saya intip WA nya dini hari masih online, saya tanya tentang suatu kebijakan beliau langsung telepon menjelaskan.

 

Saya tanya belum tidur, jawaban nya sederhana, masih banyak kerjaan bro. Satu saya tanya, dia jawab seribu macam. Jenis jenis orang seperti ini yang saya jumpai dalam hidup saya beri kategori passionate people. Orang orang yang menjalankan sesuatu dengan passion. Asal kata passion itu patio. Suffering. Penderitaan. Luka.

 

Penderitaan dan luka pun tak terasa saat orang orang jenis ini menjalankan sesuatu dengan patio. Karena asik bekerja sakit pun sering ilang tak terasa dibuatnya.

 

Saya bukan saintis di bidang marine and fisheries. Yang saya belajar dulu ilmu politik, statistik dan ilmu perang. Begitu diberi amanah menjadi staf khusus menteri bidang kelautan dan perikanan tentulah ilmu saya sangat sedikit di bidang ini. Apalagi pengalaman policy maker lebih sedikit lagi. Saya lamanya di lembaga think tank, kampus dan ekosistem digital. Tapi tidak di eksekutif pemerintahan.

 

Maka dari itu saya perlu segera belajar dan mencari guru. Beradaptasi dengan cepat. Dan Mas Aryo adalah salah seorang guru saya.

 

Hari hari pertama menjadi staf khusus menteri, Mas Aryo adalah tempat saya bertanya. Penjelasan nya selalu clear. Sederhana. Kalau saya tanya tentang satu permasalahan. Mas Aryo akan kembali merespon dengan setumpuk jawaban komplit, berbagai sumber buku buku, serta jurnal jurnal yang terkait sehingga saya pun menjadi mengerti. Beliau tidak rela ada satu celah pun saya gagal faham terkait reason academic, pijakan sains suatu kebijakan. Apalagi soal laut dan perikanan yang super duper complex dan luas ini.

 

Saya saking semangatnya tidak sempat mencari tahu siapa beliau ini. Ya karena sudah staf ahli menteri, bagi saya pasti ahli. Tidak biasanya saya begitu. Tapi itulah yang terjadi. Sampai pada suatu hari saya baru kebagian tugas mempersiapkan bahan bahan untuk kegunaan panitia seleksi pejabat utama di KKP.

 

Saya harus kumpulkan resume siapa saja yang potensial mengisi jabatan jabatan kosong kala itu. Saya membaca resume Dr Aryo Hanggono. Syok saya. Ini orang ternyata Luar Biasa! Ph.D Nantere Paris X bidang pengindraan jauh. Natrere ini kampuw extension nya Sorbone Prancis. Kampusnya pemimpin pemimpin dan saintis dunia dari Prancis. S1 nya Planologi ITB.

 

Berawal dr peneliti di BPPT kemudian bergabung ke KKP sebagai assabikunal awwalun, orang orang pertama yang membangun KKP setelah spin off dari Kementrian Pertanian. From the beginning of first day di KKP Mas Aryo dipercaya negara memegang amanah amanah penting di KKP.

 

Kalau diibaratkan KKP itu sebagai suatu organisme makhluk hidup, maka pos pos penting yang diduduki Mas Aryo adalah pos pos “otak” dr KKP. Sebelum menjadi Dirjen beliau adalah Staf Ahli menteri bidang ekologi dan sumber daya laut. Equiblirium antara pemanfaatan sumber daya laut dan keberlanjutan lingkungan hidup di dalamnya adalah domain beliau untuk memikirkannya.

 

Sebelumnya lagi beliau adalah Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan. Itung itungan berapa ikan yg bisa dimanfaatkan, mana yang harus diproteksi, mana yang kita harus genjot urusan beliau kala itu. Apa yang harus dibahas di RFMO terkait perikanan kita difikirkan di sana. Direktorat yang mengurusi diplomasi internasional terkait pemanfaatan sumber daya ikan.

 

Setelah itu sembari menjadi staf ahli menteri, Mas Aryo didapuk menteri menjadi PLT Dirjen Pengelolaan Ruang Laut yang kosong karena pejabat sebelumnya pindah ke instansi lain. Diskusi saya menjadi lebih focus dan intens. Concern nya sangat tinggi terhadap Rencana Zonasi tata ruang laut, mengatasi sampah laut dan polutan lainnya, marines spatial management, bagaimana laut yang merupakan 70 persen dari NKRI ini, diatur sedemikan rupa zonasi dan pengelolannya. Mencari keseimbangan antara mendapatkan dampak ekonomi yang maksimal dari setiap jengkal laut namun harus mengutamakan keberlanjutan lingkungan laut beserta isinya tersebut.

 

Selama 20 tahun belakangan inilah amanah negara kepada Mas Aryo: Kepala Sub Direktorat Usama Jasa Kelautan, Kepala Bidang Teknologi Eksplorasi dan Eksploitasi, Kepala Bidang Pemantauan dan Perlindungan, Kepala Bidang Pelayanan Teknis, Kapus Pusat Riset Teknologi Kelautan, Kapus Pusat Pengkajian dan Perekayasaan seluruhnya di bawah naungan Badan Penelitian dan pengembangan KKP.

 

Dari sini kita bisa melihat beliau malang melintang di badan riset dan benar benar konsisten meniti karier sebagai saintis yang terlibat aktif secara teknokratis dan bertungkus lumus di birokrasi untuk memberikan judgment sains dalam setiap perumusan pengambilan kebijakan di KKP.

 

Bukan saintis di menara gading menatap dari kejauhan tentang fenomena dan berkhotbah tentang benar dan salah, baik dan buruk suatu kebijakan. Bukan! Dia ilmuan yang ikut merumuskan kebijakan. Tidak sekedar menulis di jurnal Q1 belaka, tapi mempertarungkan gagasan tersebut dalam debat dengan parlemen misalnya, mengadunya dengan ahli, mendiskusikannya dengan sektor usaha, dan melempar nya dengan kritis ke media dan civil society. Ilmuan yang turun ke bawah. “Rausan fikr” kata Ali Shariati. Mas Aryo adalah intelektual organic itu.

 

Ketika mengikuti seleksi untuk jabatan dirjen beliau menduduki rangking pertama dari semua jenis ujian yang dilakukan TPA yang dibentuk oleh Menteri. Mas Aryo meraih nilai paling tinggi bobotnya di semua pos di atas aplikan lain, dan tertinggi dari seluruh peserta seleksi.

 

Maka dengan tak ragu Menteri menetapkan Mas Aryo Hanggono, dengan latar pendidikan planologi, yang menguasai ilmu pengindraan jarak jauh tersebut menjadi Direktorat Jenderal Penataan Ruang Laut secara penuh.

*
Mas Aryo bersama saya mewakili Menteri Kelautan dan Perikanan dalam High Level Panel on Ocean Economic di New York. Saya, Pak Des Alwi dari Kemenlu dan Mas Made Andi dari UGM. Kami menginap bersama di Wisma PTRI New York. Mas Aryo sebagai ketua Delegasi RI kami anggotanya.

 

Selanjutnya kami menjajaki kerjasama dengan University of Maryland untuk menyusun program peningkatan kapasitas akademik decision makers di KKP dalam sebuah rencana program pendidikan. Baik kursus singkat dalam jangka pendek maupun ke depan kemungkinan mengirimkan karyawan KKP untuk tugas belajar di tingkat pasca sarjana master hingga doctoral di kampus bagus di Amerika sana. Kemudian juga ke Google HQ, merumuskan kerjasama antara KKP dan Google dalam rangka pemanfaatan technology dalam pengawasan sumber daya kelautan. Hal kedua ketiga belum berhasil dilanjutkan karena tertunda pandemic covid.

 

Namanya bermalam bersama lebih dari tiga hari segala tingkah polah keluarlah. Saya punya kesempatan waktu yang cukup panjang selama perjalanan mengkonfirmasi rasa shock saya membaca resume beliau tempo hari.

 

Mas Aryo menceritakan kepada kami perjalanan hidupnya dari anak gaul SMA 3 Bandung sampai menjadi mahasiswa Planologi ITB angkatan 1983. Malang melintang dengan segala romansa anak Bandung masa itu. Kemudian beliau masuk BPPT, Pak Indroyono Susilo memanggilnya suatu hari

“Yo, lu sekolah gih, ini ada peluang sekolah ke Prancis”.

“gw mah main iya iya aja ke Mas Indroyono”.

 

Maklum ama senior. Dan ikutlah Mas Asryo itu semua seleksi ee rupanya keterima. Sampai di Paris bengong ini orang bahasa apa. Mas Aryo berjuang terus dari nol sampai akhirnya beliau fluent atas bahasa Prancis yang seksi itu dan mampu menulis karya ilmiahnya dalam bahasa paling unik sedunia tersebut.

 

Di Paris X Nanterre tersebut Mas Aryo dibimbing dan diuji oleh Muriel Charras dan Charles Goldblum dua scholars yang sangat mengerti tentang geografi Indonesia dan berkaliber Internasional. Akhirnya beliau berhasil menamatkan master Diplome d Etute Approfondir (1993/1994) dan Ph.D di sana dan dalam sidang sautenance ujian promosi doktor dengan judisium Tres Honorable Avec Felicitation, nilai tertinggi untuk ujian doktor (1994 -1998).

 

Sembari sekolah ke Prancis, Mas Aryo beliau menjadi supir taxi untuk menambal beasiswa yang kurang kala itu. Perjuangan hidup mahasiswa pasca sarjana di negeri orang. Dalam pertemuan di New York itu, saya menyaksikan bagaimana Mas Aryo lebih cakap berbahasa prancis daripada berbahasa Inggris. Jika tahu peserta lain adalah french speaking country doi langsung switch. Kami pun delegasi lain jadi alien jika mas Aryo sudah ber French French ria.


Disertasi yang ia tulis mengenai pengindraan jauh dan penggunaan satelit dalam pengelolaan dan pengawasan sumber daya alam . Waktu itu ilmu ini masih sangat langka. Mas Aryo termasuk generasi pertama expert di bidang ini yang Indonesia miliki.

 

Selepas kembali dari studi dan bertugas di KKP ilmu beliau ini sangat bermanfaat. Station satelit milik KKP yang ada di perancak Bali adalah buah dari pemikiran beliau bersama mentornya Dr Indroyono Susilo kala itu.

 

Dari pemaparan ilmu yang beliau sampaikan kepada saya nyaris tidak mungkin bisa ada IUU Fishing di Indonesia dari segi monitoring. KKP sudah punya semua. Tinggal bagaimana kita dibekali armada dan aparatus yang cukup untuk mengawal laut kita dari para pencoleng baik dalam dan luar negeri. Secara saintifik semua kita sudah punya alatnya.

 

Maka tiga hari itu saya dibuat melongo oleh Mas Aryo. Sejak saat itu saya tidak lagi memanggil Mas. Tapi Kang Aryo. Karena sudah tahu beliau adalah penjaga kegaulan kota bandung sejak muda hingga sekarang. Anak Gaul SMA 3 Bandung, Insinyur ITB, Ph.D Nanterre Paris X menjadi salah seorang pejabat utama di kementerian kelautan dan perikanan. Pejabat murah senyum nan baik hati, putera beliaupun sekarang juga lanjut ke ITB.

 

Mas Aryo mahir bermain piano. Segala jenis aliran music ia kuasai. Mau Jazz, Pop, Bluez. Sembari jalan di dinginnya New York dia suka bersiul siul. Jadi tidak hanya otak kiri yang kuat dalam sains, otak kanannya juga seimbang. Lazim saya melihat beberapa tokoh besar menjaga keseimbangan kecerdasan dengan musik. Mas Aryo bener bener anak ITB sejati yang di kampusnya tertulis kawah candra dimuka bagi “sains,tekonologi dan art”. Pribadi yang lengkap dengan otak yang seimbang.

*
Selepas kunjungan kerja ke Ambon akhir Agustus lalu, Menteri, dan 2 anggota rombongan lain mendapati hasil swab positif covid 19. Inilah yang namanya pandemic. No matter who you are siapapun bisa kena. Covid tidak mengenal jabatan. Di sisi yang lain amanah mengurus sektor kelautan dan perikanan tidak mungkin 100 persen diurus dari balik meja.

 

Ini sektor yang sangat teknis mengurus laut dan para nelayan. Pejabatnya mau tidak mau harus turba. Turun ke bawah. Blusukan. Maju ke front depan meskipun pandemi virus dimana mana. Nelayan harus terus melaut untuk menghasilkan protein bagi masyarakat. Bukankah makin pandemi kebutuhan protein jadi lebih tinggi supaya imunitas tubuh kita tetap terjaga.

 

Namun tidak dengan Mas Aryo. Beliau hasil swab nya negative sepulang kunker tersebut. Kang Aryo tancap gas langsung ke DPR bolak balik mewakili kementerian, konsolidasi dengan internal, dan menjadi narasumber di beberapa webinar. Terakhir saya bersama beliau saat beliau mengisi webinar tentang pengelolaan Arwana.

 

Dari balik layar computer saya lihat wajah Kang Aryo sedikit Lelah. Ada yang sedikit lucu, beliau memimpin webinar berkacamata ber frame merah. Beberapa peserta dari berbagai sektor sempat meledek gaul sekali Kang Aryo. Beliau tersenyum. Sebelum menutup webinar beliau mengatakan akan mengirim team ke Papua untuk memastikan kembali beberapa data yang disampaikan pengusaha yang claim nya berbeda dengan temuan peneliti dari KKP. Sekarang baru sadar kaca mata frame merah yang eksentsik tersebut adalah tanda tanda beliau akan pergi.

 

Saya bilang Kang Aryo, jangan terlalu diforsir kerja. Daya tahan tubuh perlu di tengah pandemi ini. Kang Aryo bilang “aman bro”.

 

Sampailah beberapa hari kemudian beliau WA badan “gw ga enak nih, mau ke MMC mau cek dulu” .

 

Saya bilang Kang, kalau positif segera saja minta dirawat karena memang minggu itu Jakarta spiking sekali angka positif Covid 19 nya. Hasil Swab dari Kang Aryo keluar dan kali ini positive. Beliau segera dirawat di RS Polri. Hampir tiap hari di RS Polri ber WA dan kami beberapa kali video call. Beliau updates hasil lab nya oke. Masih bisa makan. Penciuman juga oke. Selama 3 hari dia updates terus. Sengaja kami berkomunikasi supaya atleast beliau bisa happy dan imun menjadi baik.

 

Sampailah kemudian beliau dipindah ke RSPAD supaya mendapatkan perawatan yang lebih serius di sana. Saya terputus kontak dengan beliau. Selanjutnya saya tidak bisa lagi berkabar. Updates mengenai beliau saya dapat dari keluarga dan team KKP.

 

Mas Aryo kondisi terus memburuk. Masuk ICU dan dipasangi ventilator. Kami se KKP terus merasa risau dan khawatir. Satu dua teman yang awal positive sudah kembali pulang ke rumah dan ada yang sudah kembali bekerja. Tapi Mas Aryo masih saja di ICU. Kondisi pasang surut. Nyaris hampir setiap hari seluruh KKP terutama di ke Dirjen an PRL updates dan mendoakan Mas Aryo.

 

Belakangan kami mendapatkan informasi bahwa rupanya Mas Aryo memiliki Diabetes. Ada penyakit penyerta lain yang beliau idap tapi selama ini karena tidak mau merepotkan kolega tidak terlampau mengekspose gula beliau tersebut. Hanya beberapa orang dekat saja yang mengetahui ini. Diagnosa dari team yang merawat di RS sehingga beliau menjadi lebih struggle dari yang lain.

 

Pagi ini seluruh KKP ramai. Kang Aryo Dirjen nan baik hati itu pun pergi meninggalkan kita. Dari seberang pasifik saya menerima video shalat jenazah mas aryo di pelataran RSPAD oleh para ASN KKP. Kemudian iring iringan mobil Kang Aryo melintas KKP. Sampai hormat terakhir team KKP melepas Kang Aryo di Pemakaman Pondok Rangon. Saya langsung mengambil wudhu dan melaksanakan shalat ghaib dari sini.

 

Sepanjang menulis ini mata saya berkaca kaca. Anggaplah ini suatu catatan pribadi. Sebuah eulogi dari sahabat, adik, dan mungkin teman yang baru setahun dikenal tapi saya merasa sudah lama sekali kita bersahabat.

 

Pesan duka dari berbagai penjuru dunia datang terus sembari saya mecatat eulogy ini, menandakan Kang Aryo sosok dirjen kaliner dunia. Kolega dari World Bank, Pusat Oceanografi di Brest Prancis menyampaikan duka mendalam. Pesan dari USAID menggearkan hati, menyebutnya “a champion of the ocean, a leader in conservation and a friend to development partner”.

 

Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Benarlah wisdom tersebut. Tiba tiba saja saya didorong oleh sebuah kekuatan kebaikan Kang Aryo untuk menulis eulogy ini. Energi kebaikan Kang Aryo yang menembus batas hayat beliau sendiri.

 

Setidaknya, dengan menulis ini maka bisa dibaca oleh para generasi muda pembuat kebijakan di KKP, bahwa Kang Aryo adalah teladan seorang policy makers yang baik dalam segala bidang, capaian akademis dan karakter personal teladan.

 

Serta kepada “triple D”. Dito, Dania, dan Devina, tiga putera puteri beliau, bahwa inilah kesaksian kolega Ayah kalian, bahwa beliau adalah manusia yang pergi meninggalkan nama yang harum semerbak. Dan kepada Teh Rina Tariana, bahwa Kang Aryo adalah suami teladan kasep yang baik budi. Semua kami di KKP sangat kehilangan dan senantiasa respek pada kekuatan personal beliau tersebut. Ini semua akan abadi tak kan terganti.

 

Selamat Jalan Kang Aryo Hanggono kasep nan baik hati. Insyallah Kang Aryo Syahid, sakit dalam menjalankan tugas negara melayani seluruh pemangku kepentingan sektor kelautan dan perikanan.

 

Dimanapun kita mari kita panjatkan doa. Bagi yang muslim sediakan waktu sebentar melakukan shalat ghaib untuk beliau. Allahumma firlahu war hamhu waa fihi wa fuanhu.

 

Wassalam

Sumber:

KKP WEB Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan Dan Ruang Laut

Logo Logo
Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut
Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Gedung Mina Bahari III Lt. 11, Jl. Medan Merdeka Timur No. 16 Jakarta Pusat DKI Jakarta email : humas.prl@kkp.go.id

Media Sosial

PENGUNJUNG

143904

© Copyright 2024, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI