Indonesia   |   English  
Saran Dan Pengaduan

DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA
×

KKP

Kilas Berita  
KKP OPTIMALKAN BISNIS AKUAKULTUR DI ERA INDUSTRI 4.0

Jakarta -Tidak hanya peluang, akuakultur juga dihadapkan pada berbagai tantangan, diantaranya di era persaingan global, khususnya era yang saat ini sedang hangat yaitu era Revolusi Industri ke-4 atau Industri 4.0. Dimana isu utama yang diangkat dalam era ini yaitu daya saing dan produktivitas.

 

Oleh karena itu, untuk menghadapi persaingan perdagangan global yang semakin ketat, maka produk akuakultur harus berdaya saing tinggi. Sedangkan produktivitas dan daya saing tinggi, tidak terlepas dari ketersediaan input teknologi yang efisien, mutu produk yang terjamin, rantai sistem produksi yang efisien dari hulu hingga hilir dan sumberdaya manusia maupun mesin yang efisien.

 

Teknologi digital akan mengefisiensi mata rantai pasok industri perikanan dan pemberdayaan bagi pembudidaya kecil. Selama ini distribusi produk perikanan budidaya umumnya melewati rantai bisnis yang panjang mulai dari pembudidaya ikan hingga ke konsumen akhir, akibatnya terdapat akumulasi margin dalam komponen harga akhir yang membebani konsumen.

 

Dengan teknologi digital, pembudidaya ikan dapat memasarkan produknya langsung ke konsumen tanpa melewati rantai pasok yang panjang sehingga biaya transaksi menjadi lebih mudah, sehingga akumulasi margin yang sebelumnya terjadi dapat ditekan dan dinikmati oleh pembudidaya ikan dalam bentuk harga jual yang lebih baik, sementara konsumen mendapat harga yang lebih murah.

 

Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) terus mendorong akuakultur berbasis e-commerce digital yang bertujuan untuk : (1) memperpendek rantai distribusi yang tidak efisien karena mendekatkan produsen ikan dengan pasar ritel (eceran); (2) memberikan kepastian harga di pembudidaya ikan dan konsumen; (3) meningkatkan konektivitas serta menghilangkan batas jarak, ruang dan waktu untuk menyediakan sarana input dan pasar dalam pengembangan industrisasi akuakultur; dan (4) menghadirkan model bisnis akuakultur yang efisien di tengah-tengah masyarakat.

 

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, saat memberikan sambutan Seminar dan Kick Off Aquatica Asia & Indoaqua 2018 bertema Transform Aquaculture Businnes Into Industry di Jakarta (29/8).

 

Lebih lanjut, Slamet menjelaskan bahwa transformasi industrialisasi akuakultur di era industri 4.0 menuju otomatisasi dan digitalisasi harus meliputi : (1) transformasi dari berorientasi pada eksploitasi sumberdaya alam (SDA) menunju efisiensi SDA, jasa dan peningkatan nilai tambah dan produktivitas, (2) transformasi dari penggunaan unskilled tenaga kerja menuju penciptaan lapangan kerja yang benar-benar diperuntukkan bagi SDM terlatih sedangkan lapangan kerja untuk unskilled tenaga kerja dapat berkurang, dan (3) transformasi dari kondisi akses pasar yang terbatas dan daya saing produk yang rendah menuju akses pasar yang terbuka luas (hyper koneksi), berdaya saing tinggi dan manajemen yang efisien.

 

“Teknologi informasi dapat mengefisienkan rantai distribusi, sehingga harga jual di tingkat konsumen lebih murah dari pasar tradisional, serta pemanfaatkan teknologi informasi  dalam akuakultur juga dapat digunakan untuk mendapatkan informasi ketersediaan benih unggul, pakan, sarana dan prasarana produksi”, tambahnya.

 

Industri 4.0 tentunya menjadi ajang baru sekaligus tantangan bagi sub sektor akuakultur, bagaimana menciptakan sistem akuakultur yang efisien berbasis digitalisasi teknologi.

 

“Kita bersyukur, di era digitalisasi saat ini telah lahir banyak sekali startup di kalangan anak-anak muda kreatif termasuk sebagai startup di bidang teknologi digital di bidang akuakultur, dimana mereka mampu menghadirkan model bisnis akuakultur yang efisien di tengah-tengah masyarakat”, tegas Slamet.

 

Seperti startup InFishta, Crowde, dan Venambak  yang mengembangkan financial technology (Fintech) seperti pengembangan model crowfunding bagi berbagai pembiayaan usaha akuakultur, dengan model ini diharapkan akan menarik lebih banyak investasi, disisi lain tentunya akan membantu pembudidaya untuk scale up atau meningkatkkan kapasitas usahanya.

 

Ada juga startup E-Fishery yang mengembangkan teknologi peralatan atau sarana budidaya seperti authomatic feeder yang mengembangkan teknologi feeder otomatis berbasis android. Dengan teknologi ini, maka kegiatan budidaya akan lebih efisien dan efektif baik waktu, tenaga maupun biaya karena mampu menurunkan FCR.

 

“Melalui kerjasama antar berbagai pihak, terlebih peran dari startup ini, maka bisnis akuakultur ke depan akan mampu berdaya saing dan tidak ketinggalan dari sektor-sektor lainnya dalam pemanfaatan teknologi digital, dan sudah barang tentu akan mendorong percepatan pemanfaatan potensi ekonomi sumberdaya akuakultur bagi kemajuan perekonomian secara nasional”, terang Slamet.

 

Pada kesempatan yang sama, Thomas Darmawan, Ketua Komtap Industri Pengolahan Makanan dan Protein KADIN Indonesia, sekaligus Ketua Bidang Perikanan APINDO menyampaikan bahwa konsumsi prosuk ikan per kapita di Indonesia tahun 2018 pada sebesar 43,88 kg/kapital/tahun. Sehingga dibutuhkan peran teknologi informasi berbasis e-commerce seperti Go-Food, GoBox, Blibli, Tokopedia, dll.

 

“Untuk menjadi eksportir perikanan yang handal serta Feed to The World (penyumbang makanan bagi dunia), sangat diperlukan peran industri digital untuk menciptakan produk masa depan, seperti ditampilkan produk dengan inovasi baru, produk-produk siap saji dan pengolahan dan pengemasan terstandardisasi”, tambah Thomas.

 

Untuk diketahui, Ditjen Perikanan Budidaya bersama PT. Permata Kreasi Media, Trobos Communication (Tcomm) sebagai Event Organizer juga startup Minapoli, Amoeba PT Telkom akan mengadakan event Aquatica Asia & Indonesian Aquaculture (Indoaqua) pada tanggal 28 – 30 November 2018 di JIExpo  Kemayoran, Jakarta, mendatang. Event mencakup kegiatan forum bisnis, hacking marathon (hackathon), job fair, startup gallery, expo dan seminar hasil penelitian perikanan.

 

Melalui penyelenggaran event tersebut diharapkan seluruh stakeholders akuakultur dapat bertemu, berdiskusi, berbagi informasi, melakukan transaksi bisnis, mencapai kesepakatan-kesapakatan kerjasama dan hal bermanfaat lainnya.

Output yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah untuk : (1) meningkatkan peluang ekspor di bidang perikanan budidaya; (2) sebagai pemacu pertumbuhan investasi di bidang perikanan budidaya bagi daerah-daerah potensial; (3) sebagai akselerasi pertukaran informasi dan teknologi di bidang perikanan budidaya baik lokal maupun global; serta (4) untuk meningkatkan penerapan teknologi yang adaptif dan inovatif oleh pelaku usaha perikanan budidaya.

 

djpb1   04 September 2018   Dilihat : 13118



Artikel Terkait: