Indonesia   |   English  
Saran Dan Pengaduan

PUSAT RISET KELAUTAN
BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN
Kilas Berita  
Dampak Abrasi dan Rob terhadap Ekonomi di Wilayah Pantura Jawa Barat Sangat Signifikan

Bencana Rob yang telah bertahun – tahun melanda wilayah pantura Jawa Barat yaitu di pesisir Subang, Indramayu dan Cirebon tentunya menimbulkan kerugian materil yang luar biasa. Tahun 2009, di wilayah Subang tepatnya di desa Legon Kulon, Legon Wetan, Patimban dan  Mayangan Rob merendam 300 pemukiman di empat desa tersebut. Tahun 2020 berdasarkan data dari pemerintah kecamatan Legon Kulon dan sekitarnya (tempat yang sama dengan kejadian tahun 2009), banjir rob merendam sekitar 1.504 pemukiman penduduk, merendam 490 Ha lahan sawah siap panen dan 1.779 Ha lahan tambak, serta krisis air bersih. Kerugian di wilayah Kecamatan Legon kulon ini ditaksir sekitar Rp. 8 Milyar [1].

Di wilayah Indramayu, banjir yang disebabkan oleh erosi dan jebolnya Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk mulai dari ketinggian mulai 20 cm sampai 3 meter, dengan tanggap darurat selama 9 (sembilan) hari, menyebabkan terendamnya pemukiman di tujuh Kecamatan sehingga mengakibatkan beberapa kerugian diantaranya : Berkurang/hilangnya produksi tanaman. Kontribusi banjir terhadap kerusakan diperkirakan sekitar 75%, Jumlah rumah yang terkena kerusakan akibat banjir diperkirakan 20% dari jumlah kerusakan total, jumlah prasarana yang terkena dampak banjir diperkirakan 20% dari jumlah kerusakan total, sekitar 20% dari jumlah korban jiwa seperti diperkirakan disebabkan oleh banjir dengan opportunity cost sebesar Rp 25.000/hari. Diasumsikan bahwa setiap orang yang cedera akan kehilangan waktu produktifnya selama 3 bulan. Diasumsikan pula bahwa 50% dari korban ini merupakan buruh harian lepas, serta terganggunya kegiatan transportasi. Diperkirakan sekitar 25% dari jumlah mobil pribadi dan mobil umum di Indramayu terkena dampak banjir, dan setiap kejadian akan mengakibatkan gangguan transportasi selama 3 jam [2]. Banjir rob juga melanda sejumlah pemukiman warga di Kabupaten Indramayu, tepatnya di Desa Dadap, Kecamatan Juntinyuat. Sejumlah rumah rusak diterjang ombak, serta hancurnya break water [3].

Sama hal nya dengan wilayah Subang dan Indramayu,  banjir rob yeng terjadi di wilayah pesisir Cirebon mengakibatkan rusaknya perumahan dan lahan produktof lain seperti tambak dan fasilitas social lainnya. Tahun 2016 banjir rob di pesisir Cirebon mengakibatkan 700 Ha gagal panen [4]. Selang satu tahun berikutnya yaitu tahun 2018, banjir rob setinggi kira-kira 1.3 m menyebabkan empat sekolah libur karena fasilitas sekolah seperti buku dan lainnya terendam banjir [5]. Tahun 2019, banjir rob di pesisir Cirebon menyebabkan genangan 30-70 cm dan ribuan rumah penduduk dari tujuh desa tergenang [6]. Sementara rob tahun 2020, menyebabkan raibnya sekitar 300 Ha lahan tambak baik tambak garam, udang dan bandeng di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan. Kerugian tambak garam di wilayah ini diperkirakan mencapai Rp. 300 Jt [7].
Banjir dan Rob di wilayah Pantura khususnya di pesisir Subang, Indramayu dan Cirebon memerlukan penanganan dari hulu hingga hilir. Dihulu penanganan seperti pembangunan bendungan, daerah resapan, sementara di hilir penanganan seperti pembangunan kanal banjir, normalisasi sungai, tanggul rob, stasiun pompa, kolam retensi dll. Seluruh pendekatan teknikal (struktural) tersebut harus dilakukan, namun belum cukup karena harus diimbangi dengan pendekatan non-teknikal (non-struktural), seperti penataan ruang, pengelolaan lingkungan dan perilaku masyarakat [8]. Kebersamaan dan kolaborasi harus terus diupayakan sehingga semuanya dapat memahami siapa yang sedang bekerja dan program yang dilaksanakan, termasuk pentingnya keterlibatan masyarakat. Berbagai upaya tersebut dilakukan salah satu tujuannya adalah untuk menyelamatkan ekonomi yang menjadi sektor viral dalam kehidupan masyarakat. Semua dampak dari bencana ini mengakibatkan terganggunya perekonomian baik lokal, regional maupun nasional. (Oleh : Eva Mustikasari, MT)

Tim riset Kajian Terintegrasi Penanggulangan Abrasi dan Banjir Rob Pantura Jawa terdiri dari Dr-Ing. Semeidi Husrin  (PJPK), Dian Novianto, M Si,  Eva Mustikasari, MT., Vivi Yovita Indriasari, MT, Agus Sufyan, MT, Johan Risandi, PhD

Referensi:

[1] Patimban News, Juni 2020.Kerugian Akibat Bencana Banjir ROB di Legonkulon Mencapai       8Milyar. https://www.patimbannews.com/kerugian-akibat-bencana-banjir-rob-di-legonkulon-mencapai-rp-8-milyar/

[2] Oktaviani N, 2020. Kajian Tentang Dampak Bencana Banjir Terhadap Perekonomian di Sekitaran Masyarakat Pinggiran Sungai Cimanuk. Jurnal Mu’amalah dan Ekonomi Syari’ah. Vol.2 No.1

[3]https://www.liputan6.com/regional/read/4271498/banjir-rob-rusak-lahan-garam-hingga-rumah-warga-cirebon-dan-indramayu

[4] https://republika.co.id/berita/ocofgp284/700-hektare-tambak-garam-cirebon-terendam

[5] https://www.antaranews.com/berita/692684/empat-sekolah-di-cirebon-libur-akibat-banjir.

[6] https://www.antaranews.com/berita/851653/tujuh-desa-di-cirebon-terendam-banjir.

[7] https://www.liputan6.com/regional/read/4271498/banjir-rob-rusak-lahan-garam-hingga-rumah-warga-cirebon-dan-indramayu

[8] https://www.liputan6.com/bisnis/read/4515057/jurus-kementerian-pupr-selesaikan-banjir-dan-rob-di-pantura-warga-harus-ikutan.  Diunduh pada tanggal 2 Mei 2021 jam 16:29 wib.

Joko Subandriyo   07 Juni 2021   Dilihat : 1551



Artikel Terkait: