Maros, 10 September 2022. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menetapkan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP) Maros sebagai pilot project pengembangan program Smart Fisheries Village (SFV) berbasis unit pelaksana teknis (UPT). BRPBAPPP merupakan unit pelaksana teknis (UPT) Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) di bawah pembinaan teknis Pusat Riset Perikanan. Pengembangan SFV berbasis UPT juga dilaksanakan dengan berbasis pada potensi yang dimiliki BRSDM, sehingga dalam pengembangannya harus terkoneksi dengan fungsi pendidikan, fungsi pelatihan, dan fungsi penyuluhan.
Calon lokasi SFV ditetapkan menggunakan instrumen yang disusun berdasarkan kriteria SMART (Sustainable, Modernization, Acceleration, Regeneration, and Technology). Kriteria tersebut meliputi Smart Governance, Smart Economy, Smart Mobility, Smart Environment, dan Smart People. SFV BRPBAPPP Maros terdiri dari empat instalasi, yaitu Instalasi Pembenihan Kabupaten Barru, Instalasi Budidaya Kabupaten Takalar, Instalasi Mina Padi Maros, dan Instalasi Tambak Silvofishery Maranak Kabupaten Maros.
BRPBAPPP juga mengembangkan empat aplikasi mandiri untuk menunjang kinerja, yaitu aplikasi SIPETAK (Sistem Pengelolaan tambak); SIPAYAUJI (Sistem Pelayanan Laboratorium Penguji); SILAHKAN (Sistem Laporan Kegiatan Penyuluhan), dan JALATECH (Aplikasi Monitoring Kualitas Air Online). Aplikasi ini memanfaatkan Internet of Things (IOT) khususnya dalam mengelola perairan tambak udang maupun minapadi.
Untuk melihat kesiapan implementasi SFV di Maros tersebut, Kepala Pusat Riset Perikanan, Yayan Hikmayani bersama Plt. Kepala Pusat Riset Kelautan, Rudi Alek Wahyudin mendampingi Kepala BRSDM, I Nyoman Radiarta melaksanakan kunjungan kerja ke Maros, Sulawesi Selatan pada 8-10 September 2022. Adapaun lokasi yang dikunjungi adalah Instalasi Tambak Udang Takalar, Instalasi Marana, dan Kantor BRPBAPPP.
SFV berbasis UPT yang bertempat di Instalasi Budidaya Kabupaten Takalar akan dikhususkan pada pengembangan tambak udang vaname yang dikombinasikan dengan teknologi semi intensif, intensif, dan ke depan harapannya dapat mengimplementasikan tambak udang supra intensif. Pemanfaatan di Instalasi Takalar terdiri dari tiga skema, pertama, SFV berbasis UPT dengan menggunakan anggaran APBN yang dimiliki masing-masing UPT; kedua, bermitra dengan Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP), yang tentunya pelaksanaanya sesuai dengan tugas dan fungsi Balai itu sendiri; ketiga, pola kemitraan dengan pihak ketiga atau lebih khususnya dengan swasta, di mana harapannya dapat memberi pengukit lebih besar lagi untuk pelaksanaan budidaya udang vaname berbasis supra intensif. Kegiatan SFV yang dilaksanakan di tambak Takalar dilakukan pada tambak sebanyak 2 unit dengan penggunaan teknologi yang berbeda yaitu intensif dan semi intensif. Benih yang digunakan dalam kegiatan budidaya tersebut dihasilkan dari kegiatan pembenihan yang dilakukan di instalasi pembenihan Kabupaten Barru. Induk F1 yang digunakan berasal dari PT. Konabay yang telah bekerja sama dengan BRPBAPPP. Untuk optimalisasi lahan tambak yang ada, BRPBAPPP telah mengupayakan penggunaan lahan bersama untuk kegiatan pelatihan kelompok pembudidaya ikan yang bekerjasama dengan Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Tegal dan LPMUKP, serta sedang dilakukan penjajakan kerjasama dengan PT Kharisma.
Sementara itu, dalam kunjungan ke Kantor BRPBAPPP, Kepala BRSDM didampingi Kepala Pusat Riset Perikanan melihat percontohan (showcase) minapadi seluas 0,12 hektare dan mendiskusikan peluang pengembangan selanjutnya. BRPBAPPP memiliki aset berupa lahan sawah padi seluas 23 hektare, yang akan difokuskan tak hanya pada pengembangan ikan air tawar, tetapi juga sebagai lokasi wisata yang mampu menghasilkan PNBP sekaligus menjadi menjadi media promosi terkait beragam inovasi yang dihasilkan BRPBAPPP Maros.
Pada kesempatan tersebut, Kepala BRSDM didampingi Kepala Pusat Riset Perikanan, Plt Kepala Pusat Riset Kelautan, Plt. Kepala BRPBAPPP Maros, serta Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone, turut menebar 2.000 benih ikan nila di kawasan Mina Padi Maros serta melakukan peninjauan 2 unit kolam bioflok yang berada di tengah lahan sawah, hasil kerjasama antara BRPBAPPP dengan Aquafarm-Kelompok Pembudidaya Milenial Maros. Kawasan Mina Padi Maros memiliki luas lahan sebesar 1800 meter persegi yang terdiri dari lahan jagung seluas 280 meter, sawah 600 meter, dan cabai 130 meter.
Terakhir, dalam kunjungan ke Instalasi Tambak Maranak seluas 32,5 Ha, Kepala BRSDM didampingi Kepala Pusat Riset Perikanan mengecek kesiapan SFV dengan budidaya rumput laut dan bandeng. Lokasi ini digunakan juga sebagai teaching factory (TEFA) Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone. Sebagian area lahan seluas 13 hektare rencananya akan dikerjasamakan pemanfaatannya dengan calon mitra melalui KSP untuk pengembangan budidaya kepiting dan baronang.
Sebelumnya, program SFV telah diluncurkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono pada 2 Agustus lalu saat pembukaan Rapat Kerja Teknis BRSDM di Jakarta. Terdapat dua konsep SFV yakni SFV Desa dan SFV UPT. Program SFV sejalan dengan program prioritas yang telah ditetapkan Menteri Trenggono, khususnya pengembangan perikanan budidaya berbasis ekspor dan pembangunan kampung perikanan berbasis kearifan lokal.
Admin Pusat Riset Perikanan 14 September 2022 Dilihat : 252