Indonesia   |   English  
Saran Dan Pengaduan

PUSAT RISET PERIKANAN
BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN
×

KKP

Kilas Berita  
KAMPUNG TERIPANG SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN NELAYAN DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

Sebagai salah satu sumberdaya laut, teripang melimpah di perairan tropis di seluruh dunia.  Bernilai ekonomis sebagai bahan pangan yang bernutrisi tinggi dan menunjang farmakologi dengan kandungan bioaktif dan colagen sebagai bahan baku obat dan kosmetik berdasarkan beberapa hasil  peneltian.  Permintaan yang tinggi baik lokal maupun ekspor dan upaya penangkapan yang relatif mudah menyebabkan terjadinya tangkap lebih (overfishing), seperti yang terjadi di perairn Taman nasional Karimunjawa. Tidak hanya keanekaragaman jenisnya yang semakin berkurang, bahkan jenis yang bernilai ekonomis tinggi cenderuhg punah seperti  teripang pasir (Holothuria scabra). Melihat karakter beberapa wilayah perairan di Taman Nasional Karimunjawa yaitu mempunyai ke tiga ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang yang masih terpapar bagus disertai dasar perairan dengan kriteria pasir berlumpur dan kualitas perairan lainnya, sangat menunjang sebagai habitat teripang.  

Pemulihan stok teripang sebagai salah satu opsi pengelolaan sumbedaya  yang berkelanjutan dapat dilakukan melalui transplantasi benih yang diutamakan dari panti benih (hatchery) pada habitat yang sesuai habitat alaminya. Selain aspek teknis di atas pemberdayaan masyarakat lokal tidak kalah penting dalam menentukan keberhasilan pemulihan stok teripang. Pembentukan teritorial used rights sebagai implementasi pemberdayaan masyarakat lokal harus diberikan. Hal ini berkaitan dengan monitoring, kontrol dan pengawasan oleh masyarakat (MCS). Aturan aturan dari pemerintah pusat perlu dijabarkan dalam bahasa yang sederhana dengan melihat karakteristik lokal.  

Status pemanfaatan sumber daya teripang saat ini di wilayah Karimunjawa masih terbatas diperuntukan hanya sebagai bahan makanan yang bernutrisi tinggi yang diolah dalam bentuk kering, di pasarkan ke Surabaya dan Jakarta. Diketemukannya kandungan bioaktif dan colagen pada teripang berdasarkan penelitian, pemanfaatannya dapat lebih dikembangakan sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetik, sehingga mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Untuk itu harus  dipertimbangkan  ketersediannya bahan baku teripang yang  berkesinambungan.  

Kampung teripang adalah upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya teripang melalui rangkaian kegiatan dari hulu ke hilir dengan tujuan meningkatkan penghasilan nelayan agar kesejahteraan hidupnya terjamin. Tulisan ini menyajikan  opini bagaimana pembentukan kampung teripang di Karimunjawa dapat meningkatan kesejahteraan nelayan melalui serangkaian kegiatan dari penyediaan bahan baku,  pengolahan, dan pemasaran yang lebih luas dengan nilai lebih tinggi. 

 

PENYEDIAAN  BAHAN  BAKU

 

  • Ketersediaan Panti Benih (Hatchery)

               Turunnya populasi teripang di perairan Taman Nasional Karimunjawa, bahkan sudah punahnya jenis yang bernilai ekonomis tinggi seperti teripang pasir (Holothuria scabra) menyebabkan penyediaan bahan baku untuk kegiatan kampung teripang dilakukan dengan cara rekayasa transplantasi benih pada habitat yang sesuai. Tidak tersedianya benih di alam hampir diseluruh wilayah perairan di Indonesia mengharuskan benih harus diperoleh melalui panti benih (Hatchery), yang pada saat ini belum tersedia disekitar Karimunjawa.

               KKP melalui Dirjen Perikanan Budidaya mempunyai UPT Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) di Jepara mempunyai fasilitas yang lengkap untuk kegiatan pembenihan. Saat ini yang menjadi produk unggulan adalah bandeng dan udang, tentunya ada peluang juga untuk pemijahan teripang yang bernilai ekonomis seperti teripang pasir dan teripang gama (gamet). Hasil penelitian  yang terkait dengan pemijahan teripang sudah banyak dilakukan oleh Balai Budidaya Perikanan Laut  Gondol, BRSDM KP. Dengan teknik pemijahan yang sudah dikuasai dan sarana yang sudah tersedia dukungan dari Dirjen Teknis tersebut sangat dibutuhkan untuk ketersediaan panti benih teripang yang sangat berperan akan  keberhasilan pembentukan Kampung Teripang di TN Karimunjawa.

 

  • Transplantasi Benih

               Melalui intermediate cultur transplantasi benih dilakukan sebelum ditebar/di lepas ke alam (grow out). Benih dari hatchery berukuran sangat kecil, bobot 2-5 gram dan panjang 2-7 cm (Gambar 1), sangat berisiko dimakan predator, sehingga harus dibesarkan dahulu sampai berukuran siap tebar di alam (Grow out), yaitu mencapai bobot minimal 20 gram.

  Gambar 1. Benih teripang pasir dari Hatchery dan setelah dibesarkan dalam intermediate culture.

 

  • Pemilihan lokasi transplantasi

Beberapa persyaratan kondisi lingkungan perairan untuk lokasi pembesaran benih (intermediate culture) dan penebaran ke alam (Grow out), yaitu kedalaman terendah pada waktu surut 30 cm,  kecerahan tinggi, kehadiran lamun sebagai tempat berlindung teripang dan perangkap makanan, kecepatan arus cukup untuk sirkulasi makanan, substrat dasar perairan pasir halus sehingga kaya akaan detritus sebagai makanan teripang selain plankton, tidak ada kehadiran predator dan kompetitor, seperti penyu, kepiting, bulubabi, bintang laut dan triton. Perairan yang dipilih harus terlindung, semi tertutup, dan banyak ditumbuhi tanaman bakau.

 

  • Sarana pembesaran benih (intemediate cultur)

Intermediate culture adalah sarana pembesaran benih teripang sampai berukuran siap tebar di alam (grow out), yaitu sampai berbobot minimal 20 gram, sehingga relatif tahan terhadap predator. Sarana berupa jaring tancap dengan menggunakan waring ukuran mata jaring 0.5 cm agar benih teripang tidak lolos. Pemilihan substrat dasar adalah pasir berlumpur yang mempunyai kandungan detritus tinggi sebagai makanan alami. Untuk mencapai ukuran grow out (20 gram) biasanya membutuhkan waktu sampai 4-5 bulan. Ukuran jaring tancap disesuaikan dengan jumlah benih yang mau ditebar, dalam 1 m2 bisa menampung 10 ind benih.

 

  • Pembesaran di alam (grow out)  

               Setelah ukuran benih mencapai bobot 20 gram, benih siap di tebar di alam (grow out) pada lokasi yang terpilih, yang memungkinkan teripang yang dibesarkan tidak beruaya jauh. Lokasi yang tepat adalah perairan seperti  goba dengan dasar perairan pasir berlumpur, ditumbuhi vegetasi lamun dan bebas dari predator (penyu, bulubabi, rajungan dan bintang laut). Untuk mencapai ukuran matang gonad (300 gram) membutuhkan waktu pembesaran mencapai lebih dari 5 bulan. Dengan pertimbangan lamanya waktu produksi teripang ( hampir 1 tahun) harus dilakukan pengelolaan dalam penangkapan agar ketersediaannya tetap berkelanjutan (resources sustainability). Implementasi pemberdayaan masyarakat lokal harus diberikan. Hal ini berkaitan dengan monitoring, kontrol dan pengawasan oleh masyarakat (MCS).

 

  • Keberlanjutan Sumber daya (Resources Sustainability)  

Untuk mencapai keberlajutan sumber daya harus ada regulasi yang disepakati oleh nelayan, dan pemerintahan desa bisa dalam bentuk kearifan lokal atau kelembagaan lainnya. Regulasi penangkapan yang disarankan adalah pembatasan ukuran penangkapan. Mengingat sifat biologi teripang pembatasan ukuran penangkapan dapat dilakukan sebagai berikut :

  1. Ukuran juvenil yaitu bobot 20 gram ( melindungi rekruitmen)
  2. Ukuran induk yang selektif yaitu bobot lebih dari 500 gram

Yang boleh ditangkap adalah berukuran matang gonad sesuai dengan prinsip kajian stok, setidaknya sudah pernah memijah yaitu pada ukuran 200 – 400 gram, merupakan ukuran komsumsi dan merupakan ukuran efektif kalau diolah kering serta sudah cukup kandungan bioaktive dan colagen

 

PEMANFAATAN  DAN PELUANG PENGEMBANGANNYA

            Pemanfaatan sumber daya teripang saat ini di wilayah Karimunjawa (Jepara) masih terbatas untuk konsumsi dengan kandungan nutrisi tinggi. Teripang diolah kering dengan cara tradisional dan dipasarkan lokal ke Jakarta dan Surabaya, setelah melalui pengepul di Karinmunjawa. Harga di tingkat pedagang di Surabaya dan Jakarta mencapai lebih dua juta per kg teripang kering. Harga ini cukup tinggi dibanding komoditi perikanan lainnya. Harga di tingkat nelayan ke pengepul lokal hanya  berkisar 450 ribu per kg.

            Dengan pembentukan kampung teripang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan melalui nilai jual yang lebih tinggi, yaitu dengan cara mengundang investor dari industri farmakologi dan kosmetik yang membutuhkan bahan baku bioaktive dan colagen dari sumber daya teripang. Kampung teripang juga bisa menjual wisata bahari melalui kuliner makan dan minuman yang menyehatkan. Untuk itu perlu dilakukan kerjasama yang saling menguntungkan antara nelayan, Pemerintah daerah dan investor yang diharapkan dapat difasilitasi oleh KKP 

 

DOKUMENTASI

Disajikan dokumentasi hasil riset pemulihan teripang melalui transplantasi pada perairan dengan kondisi habitat yang sesuai habitat alaminya 

Gambar 2. Desain jaring intermediate culture dengan tingkas kelolosan 0%

Sumber: Hartati, 2005 

 

 

Gambar 3. Hasil Transplantasi teripang pada habitat yang sesuai

Sumber : Hartati 2005

 

 

Oleh :

Sri Turni Hartati

Peneliti Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP

 

Admin Pusat Riset Perikanan   25 Oktober 2021   Dilihat : 1012



Artikel Terkait: