Pada kesempatan yang baik ini, marilah kita memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nyalah pada hari ini, kita masih diberikan kesehatan dan kekuatan sehingga dapat menghadiri dan melaksanakan acara Pembukaan Diklat PIM Tk. IV Angkatan XXX.
Shalawat dan salam kita sanjungkan keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa ummat manusia dari alam kebodohan menuju alam yang berilmu pengetahuan, seterusnya kepada keluarga dan sahabat beliau sekalian.
Kepemimpinan di sektor publik utamanya pada pemerintahan merupakan suatu hal yang krusial. Keberhasilan pemerintah dalam mewujudkan tujuan bernegara salah satunya ditentukan oleh kualitas pemimpin pemerintahan. Hal ini sudah terbukti dari pengalaman negara-negara di seluruh dunia. Kita bisa melihat kemajuan negara-negara seperti Jepang, Korea Selatan, Cina, India, dan negara lainnya yang mengalami kemajuan pesat berkat kepemimpinan yang ada di negara tersebut. Salah satu contohnya perusahaan yang melakukan perubahan organisasi dibawah kepemimpinan tersebut adalah perusahaan Apple oleh Steve Jobs. Jobs melakukan smooth incremental change atau perubahan yang terjadi secara perlahan, sistematis dan dengan cara yang dapat di prediksi. Dibawah kepemimpinan Steve Jobs, Apple mampu mempertahankan keeksistensiannya sampai saat ini. Apple adalah satu dari perusahaan korporasi (Corporate) elektronik konsumen terbesar di Amerika yang berdiri sejak tahun 1977. Steve Jobs mampu mengubah budaya organisasi yang sudah ada menjadi lebih baik dan membawa kesuksesan bagi perusahaan Apple. Steve Jobs sendiri merupakan seorang inventor sekaligus inspirator bagi perusahaan Apple, ia menjadi sosok pemimpin yang mampu menciptakan perubahan dengan menciptakan produk-produk baru yang sangat inovatif, yang keberadaan ciptaannnya tersebut mampu mengubah dunia. Steve Jobs membangkitkan lagi Apple secara total, setelah sebelumnya Apple mengalami kemunduran.
Sering muncul pertanyaan bagaimana melahirkan pemimpin-pemimpin yang andal tersebut? Secara teoritis terdapat dua pendapat tentang pembentukan kepemimpinan. Pendapat pertama menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan. Aliran ini mendukung pendapat adanya bakat bawaan sejak lahir dari seorang pemimpin. Pendapat kedua menyatakan bahwa pemimpin itu dapat dibentuk. Aliran ini menjelaskan pemimpin bukan merupakan bakat bawaan tetapi dapat dibentuk melalui berbagai cara. Salah satu cara untuk pembentukan kemampuan kepemimpinan ini adalah melalui pendidikan dan pelatihan (diklat).
Diklatpim merupakan pendidikan dan pelatihan yang ditujukan untuk meningkatkan kompetensi kepemimpinan para peserta diklat. Kompetensi kepemimpinan yang dibentuk dalam diklatpim tersebut setidaknya meliputi dua hal utama yaitu :
- Kompetensi terkait penguatan mental kebangsaan dan integritas yaitu terbentuknya karakter dan sikap perilaku integritas sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kemampuan untuk menjunjung tinggi etika publik, taat pada nilai-nilai, norma, moralitas dan bertanggung jawab dalam memimpin instansi;
- Kompetensi manajerial dan kepemimpinan diantaranya :
- Mampu merumuskan visi dan misi organisasi dan menjabarkannya dalam program organisasi.
- Mampu merumuskan strategi kebijakan yang efektif untuk mewujudkan visi dan misi organisasi.
- Mampu melakukan kolaborasi secara internal dan eksternal dalam mengelola organisasi.
- Mampu melakukan inovasi.
- Mampu mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki.
Inti dari kompetensi kepemimpinan dalam diklatpim tersebut adalah membentuk pemimpin perubahan.
Filosofi pemimpin perubahan ini diilhami oleh konsep kepemimpinan adaptif (adaptive leadership) yang dikembangkan oleh Ronald Heifetz (2009). Kebutuhan perlunya pemimpin adaptif karena adanya tantangan yang kompleks dan tidak cukupnya improvisasi operasional untuk menghadapi tantangan perubahan yang kompleks tersebut. Oleh karena itu, pemimpin perubahan yang akan dibentuk dalam diklatpim adalah pemimpin yang mampu melakukan adaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya. Perubahan tersebut dilakukan dalam rangka mempertahankan organisasi dengan tingkat kinerja yang tinggi.
Terdapat dua syarat yang harus melekat pada pemimpin perubahan. Pertama, seorang pemimpin perubahan harus mempunyai tujuan yang jelas. Pemimpin harus mampu merumuskan dengan jelas mau dibawa kemana organisasi yang dipimpinnya. Kejelasan tujuan akan dapat membimbing organisasi dan personal yang ada di dalamnya menuju arah yang pasti. Kejelasan tujuan juga akan diikuti dengan kejelasan area perubahan apa yang akan menjadi obyek dari perubahan tersebut. Area perubahan meliputi berbagai bidang diantaranya bidang organisasi, sumber daya manusia, tata kerja dan tata laksana, dan program. Perubahan di bidang organisasi diantaranya perombakan struktur organisasi, rightsizing, downsizing, budaya kerja, dan lain-lain. Perubahan di bidang sumber daya manusia diantaranya carrier path, reward and punishment, renumerasi, placement, dan lain-lain. Perubahan di bidang tata kerja dan tata laksana antara lain sistem perngarsipan, sistem pengadaan barang, sistem pelaporan, sistem penganggaran, dan lain-lain.
Syarat kedua sebagai pemimpin perubahan adalah kemampuan mempengaruhi. Seorang pemimpin perubahan untuk mencapai tujuan organisasi tidak mungkin melakukannya sendirian. Ia pasti membutuhkan orang lain untuk bersama-sama menuju tujuan yang telah ditetapkan. Orang lain tersebut mungkin berasal dari dalam organisasi misalnya anak buah, atasan, atau rekan setingkat, mungkin juga berasal dari luar organisasi misalnya pelanggan, masyarakat, dan lain-lain. Terhadap perubahan yang akan dilakukan oleh seorang pemimpin perubahan, sikap orang lain terdapat dua kemungkinan. Pertama, orang lain setuju dengan perubahan tersebut dan mendukungnya. Kedua, orang lain tidak setuju dan menentangnya. Menghadapi dua sikap seperti ini, seorang pemimpin perubahan harus mampu menghadapinya. Kepada pihak yang setuju dan mendukung, mudah bagi pemimpin perubahan untuk mengarahkan dan memobilisasi. Menjadi tantangan bagi pemimpin perubahan menghadapi kelompok atau pihak yang tidak setuju dan menentangnya. Diperlukan kemampuan mempengaruhi yang kuat sehingga kelompok penentang ini kemudian berubah dari menentang menjadi mendukungnya.
Admin Balai Diklat Aparatur 30 Juli 2018 Dilihat : 2207