Indonesia   |   English  
Saran Dan Pengaduan

BADAN RISET DAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN
×

KKP

Kilas Berita  
Batu Kali Melawan Bakteri Udang

Budidaya udang ramah lingkungan merupakan standar baru yang diterapkan oleh negara-negara pengimpor udang seperti negara-negara Uni Eropa dan Jepang.. Negara-negara ini merupakan konsumen terbesar ekspor udang dari Indonesia. Tahun 1992 Jepang mengembalikan kiriman udang dari Indonesia karena menemukan kandungan antibiotik pada udang tersebut.

Menurut T.W. Sendra, direktur utama Dipasena, penggunaan antibiotik dalam budi daya udang hanya digunakan kalau udang sakit. Udang sakit ini biasanya disebabkan oleh bakteri dan virus. Salah satu jenis bakteri yang dapat menyebabkan udang sakit adalah bakteri Vibrio (Vibrio sp)

Dalam masa budidaya udang sering kali bakteri Vibrio menyerang udang hasil budidaya, Meskipun air laut yang kita gunakan sudah didesinfektan terlebih dahulu dengan menggunakan kaporit.

Salah satu cara untuk mengurangi dampak dari peningkatan bakteri Vibrio adalah dengan menggunakan inovasi dari susunan batu kali. Susunan batu ini dibentuk tanpa semen menyerupai bendungan-bendungan yang menjebak air (trickling) agar melewati susunan batu kali tersebut. Batu-batu kali ini setelah 6-12 bulan akan tumbuh bakteri biofilm  yang akan berkompetisi dengan bakteri vibrio.

Menurut para ahli, Bakteri Biofilm yang kebanyakan berasal dari golongan bakteri gram positif (menguntungkan) akan berkompetisi secara nutrien dan ruang dengan bakteri vibrio yang merupakan bakteri gram negatif (merugikan).

Hasil yang didapatkan selama menggunakan batu kali ini adalah penurunan total bakteri Vibrio sebesar 10-90%. Konsentrasi bakteri ini cenderung stabil. Hal ini berbeda dengan penggunaan desinfektan kaporit yang setelah 2 hari dibiarkan, total bakteri vibrio cenderung semakin meningkat sampai 10% lebih banyak. Peningkatan ini dapat menyebabkan serangan bakteri Vibrio pada udang yang kita budidayakan.

Dengan penggunaan batu kali ini air yang dihasilkan pada Trickling terakhir berwarna jernih, minim fitoplankton, dan mempunyai kisaran pH yang stabil (7.1-7.6). Karena dengan semakin banyaknya Trickling yang dibuat air tersebut mengalami proses sedimentasi dan filtrasi yang berulang-ulang. Penggunaan batu kali ini lebih menguntungkan dari segi ekonomi. Karena dapat menghemat biaya produksi antara Rp 20 juta dan Rp 150 juta untuk biaya kaporit (pada luasan lahan budidaya 6.2 Ha).

Inovasi penggunaan batu kali ini merupakan inovasi yang mudah, hemat dan akan membuat udang terhindar dari serangan bakteri Vibrio yang mematikan bagi udang. Dengan dapat dapat mengantisipasi serangan bakteri ini, maka peningkatan produksi udang dapat meningkat. Apakah inovasi ini akan membuat udang Indonesia menjadi  kembali berjaya lagi?

(Penulis: Mochammad Zamroni - Balai Riset Budidaya Ikan Hias)

Data BRSDM   13 Agustus 2018   Dilihat : 3051



Artikel Terkait: