Indonesia   |   English  
Saran Dan Pengaduan

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
REPUBLIK INDONESIA
×

KKP

Kilas Berita  
PERINGATI CT-DAY, KKP AJAK MILENIAL BERGERAK ATASI PERSOALAN DI SEGITIGA KARANG

SIARAN PERS

 

 

JAKARTA (11/06) - Memperingati Hari Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle Day / CT-Day), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama National Coordinating Committee The Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (NCC CTI CFF) Indonesia mengajak generasi milenial untuk bergerak bersama-sama mengatasi persoalan di wilayah segitiga karang, khususnya persoalan sampah plastik.

 

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Dirjen PRL), Aryo Hanggono mengatakan generasi milenial memiliki pola pikir dan karakter out of the box, penuh kreativitas, inovatif, dan cepat beradaptasi dengan teknologi baru.

 

“Dengan kelebihan karakteristik tersebut, saya sangat berharap banyak karya kreatif dan solusi inovatif bisa dihasilkan untuk melindungi dan mengelola laut kita, khususnya di Kawasan Segitiga Karang,” ujar Aryo.

 

Aryo menjelaskan tahun ini merupakan peringatan CT-Day ke-9, yang bertema “Love for Corals: Working Together Towards a Plastic Free Coral Triangle”. Tema ini menekankan pentingnya kemitraan dan kerjasama menangani persoalan kelautan dan mengatasi dampaknya pada ekositem terumbu karang dan ekosistem pesisir lainnya.

 

“Saya berharap perayaan CT-Day dapat menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran tentang Kawasan Segitiga Karang sebagai kawasan penting dunia yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi serta keragaman budaya,” jelasnya.

 

CT-Day merupakan kegiatan bersama yang diperingati setiap tanggal 9 Juni oleh semua negara anggota CTI. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini peringatannya dilakukan secara daring. KKP bersama NCC CTI-CFF menggelar talkshow yang dikemas dalam program Bincang Asik Bikin Semua Tertarik (Bisik-Bisik) PRL. Acara ini menghadirkan berbagai narasumber dari generasi milenial.

 

Staf Khusus Milenial Presiden sekaligus CEO Kitong Bisa, Billy Mambrasar yang hadir sebagai pembicara menceritakan pengalamannya saat mengajar di Fak-Fak, Papua. Menurutnya, bagi beberapa masyarakat, laut bukan hanya bermakna secara ekonomis. Laut juga berarti kesatuan. “Walaupun kita berbeda (agama), tetapi kita disatukan oleh laut yang sama dan kita harus menjaganya bersama-sama,” ucap Billy.

 

Meski demikian, Billy menyayangkan terjadinya penurunan minat anak-anak milenial untuk menjadi penerus ahli waris daripada nilai-nilai kelautan atau menjadi nelayan. Padahal kita tahu bahwa kita negara maritim dan nenek moyang kita seorang pelaut.

 

“Beberapa pekerjaan besar yang harus diselesaikan adalah bagaimana mengurangi sampah plastik di laut, mengurangi angka kemiskinan di sektor kelautan, dan bagaimana mewarisi kebanggaan kepada generasi milenial untuk menjadi nelayan-nelayan modern dan teknologi tinggi,” terangnya.

 

Sementara itu, Executive Director Divers Clean Swietenia Puspa Lestari menjelaskan banyak hal-hal sederhana yang bisa dilakukan generasi milenial dalam menjaga laut, di antaranya dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, seperti sedotan, kantung plastik, gelas dan botol plastik. “Masalah plastik di tahun 2019 didominasi oleh single use plastic yang diproduksi oleh kita baik itu di kota dan di pesisir. Sampah-sampah ini sulit didaur ulang,” jelasnya.

 

Berbicara sampah di tengah pandemi, menurut Swietenia plastik bisa menjadi media pembawa virus. Virus corona dapat bertahan hidup selama tiga hari di plastik. “Sehingga mengurus sampah berarti juga mengurus kesehatan kita,” tuturnya.

 

Pada kesempatan yang sama, Spesialis Kebijakan WRI Indonesia Kirana Agustina mengisahkan pengalamannya saat Ekspedisi ke Atlantik untuk meneliti sampah di laut. Menurutnya isu plastik rentan dengan perempuan, karena dampak toxic plastik pada perempuan dan laki-laki berbeda. “Sampah plastik atau mikroplastik sudah satu ekosistem dengan ekosistem laut lainnya dan ini alarm yang nyata,” ungkapnya.

 

Kirana mengajak generasi milineal untuk mecegah plastik masuk ke laut. “Stop plastik dari sumbernya di darat dan sebisa mungkin sampah plastik kita stop sebelum sampai di laut,” pesannya.

 

Selain pembicara di atas, talkshow yang diikuti lebih dari 1300 peserta juga menghadirkan Erfa Canishtya (Marine Program Conservation International Indonesia), Frengky Sihombing (Indonesia Country Coordinator USAID Ocean/Penggiat Youtube), Dinah Yunitawati (Founder Banda Aware/CTI-CFF Women Leaders Forum), dan Agustin Capriati (Young Explorer) sebagai pembicara.

 

 


HUMAS DITJEN PENGELOLAAN RUANG LAUT

Admin KKP   11 Juni 2020   Dilihat : 613



Artikel Terkait: