Indonesia   |   English  
Saran Dan Pengaduan

SKPT Morotai
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
Kilas Berita  
Menelusuri Rantai Pasok dan Pemasaran Tuna Asal Morotai ke Beberapa Industri Perikanan di Bitung

Kunjugan Ke SIG ASIA Bitung Dalam rangka  Misi JICA ke-3 Hibah ODA Jepang telah dilaksanakan The 3rd Field Survey ke Lokasi SKPT Morotai dan Kota Bitung. Survei lapangan di Kota Bitung dilaksanakan pada hari Kamis-Jumat, tanggal 18-19 Juli 2019. Tim Konsultan JICA terdiri dari Mr. Hiroshi Fukao (Team Leader/Fishery Development), Mr. Mugiho Ataka, dan Ms. Christy.  Tim dari KKP terdiri dari Biro Perencanaan-Setjen (Bpk Waluyo) dan dari Direktorat Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil yang terdiri dari: Arif M. Aziz, Rini Widayanti, dan Boedy Yuliarto serta didampingi oleh staf Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung, yaitu Amelia Klampung dan Arthur B. Samola.

 

Tujuan dari survey ke Kota Bitung ini antara lain untuk mendapatkan data dan informasi terkait rantai pemasaran dan industry perikanan khususnya tuna di Bitung yang berasal dari nelayan Morotai; mengetahui proses dan standar pengolahan ikan khususnya tuna beserta produk turunannya pada beberapa perusahaan pengolahan ikan utama di Bitung serta untuk mengetahui permasalahan rantai pasok, pemasaran, managemen mutu dan pengawasan sumberdaya dalam pengembangan industry perikanan di Bitung.

 

Beberapa perusahan perikanan tuna besar di Kota Bitung yang dikunjungi antara lain: PT Marina Nusantara Selaras; PT SIG Asia; PT Bitung Mina Utama (PT Brilliant Ocean Fish); dan PT Perikanan Nusantara (PERINUS) Bitung.

Selain itu, untuk melengkapi data dan informasi,  Tim Survei juga mengunjungi dan berdiskusi dengan UPT KKP di Bitung, yaitu: Pelabuhan Perikanan Samudera-Bitung, Pangkalan Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Bitung dan Balai Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu - Bitung. 

 

Saat ini terdapat 60 industri perikanan di Bitung dengan kapasitas produksi terpasang sekitar 1.000 Ton/hari untuk ikan tuna dan cakalang. Sementara itu produksi nelayan lokal hanya sekitar 300-350 Ton/hari sehingga untuk menutupi kekurangan pasokan tersebut ikan didatangkan dari luar daerah seperti Ambon, Papua, dan bahkan Jakarta. Hasil tangkapan ikan pelagis kecil (ikan kembung, ikan layang, dll.) di Bitung cukup tinggi namun tidak terserap sehingga dikirim ke Jawa (Surabaya/Jakarta) dan kembalinya membawa ikan tuna/cakalang.

 

Pada waktu tertentu sekitar Maret-Mei terdapat limpahan produksi ikan yang membuat pabrik pengolahan dan cold storage penuh dan sebagian ikan tidak terserap sehingga dilempar keluar Bitung. Produksi pendaratan ikan rata-rata di PPS Bitung sendiri sekitar 150 Ton/hari yang terdiri dari ikan tuna (60%) dan ikan pelagis kecil (40%). Kapal yang sandar di PPS Bitung umumnya menggunakan alat tangkap pole and line, hand line, mini purseine, dan sedikit long line. Secara umum industri perikanan di Bitung masih kekurangan bahan baku, sehingga banyak industry bergerilya mencari ikan.

 

Terkait dengan pengolahan tuna, sebagian besar tuna yang didaratkan di PPS Bitung adalah jenis yellowfin tuna dan sedikit big eye tuna. Jenis produk olahan berupa loin tuna, shashimi, frozen tuna, dan tuna kaleng dengan negara tujuan ekspor yaitu: Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa, Inggris, Australia, dan New Zealand. Salah satu hambatan dalam ekspor ikan tuna segar adalah tidak ada penerbangan langsung (direct flight) ke negara tujuan dari Manado sehingga ikan tuna yang seharusnya bisa dijual fresh tuna dengan harga lebih tinggi menjadi frozen tuna dan dikirim menggunakan reefer container melalui laut. Saat ini dari Manado terdapat direct flight ke Cina 3 kali/hari untuk pesawat penumpang dan rencananya akan dibuka penerbangan langsung ke Filipina (Davao) yang dapat membuka peluang ekspor tuna langsung ke Jepang melalui Davao.

 

Pabrik pengolahan ikan (UPI) PT MNS memiliki kapasitas produksi 15 Ton/hari, namun saat ini produksi rata-rata 7-8 Ton/hari karena kurangnya bahan baku ikan tuna. Jenis komoditi yang dihasilkan antara lain: tuna saku, tuna cube, tuna ground, whole, dan loin yang sebagian besar berupa produk beku (frozen). Jumlah total karyawan PT MNS sekitar 160 orang dimana karyawan di bagian produksi ada 110 orang.

 

PT MNS memiliki armada kapal perikanan sendiri untuk mensuplai bahan baku tuna berupa 9 (Sembilan) unit kapal dengan ukuran <30 GT dan alat tangkap handline. Selain itu, PT MNS juga bermitra dengan beberapa kelompok nelayan lokal untuk mensuplai bahan baku ikan tuna.

 

Sementara PT SIG Asia, merupakan salah satu perusahaan pengolahan ikan pionir yang sangat berpengalaman di Indonesia dan sudah 11 tahun di Bitung. PT SIG Asia menjadi perusahaan pertama yang mendapat sertifikat HACCP di Asia. PT SIG Asia memiliki pengalaman mensuplai tuna meat untuk US Navy dan menjadi perusahaan eksportir pertama tuna saku ke Jepang. Saat ini PT SIG Asia mengekspor beragam produk tuna terutama ke Jepang dan Amerika Serikat. Saat ini PT SIG Asia memiliki cold storage kapasitas 300 Ton dengan suhu mencapai -50 oC. Kapasitas produksi 15 Ton/hari dan rata-rata produksi 10-12 Ton/hari.

 

Menurut Mr. Daniel Loy, sumberdaya perikanan di Sulawesi Utara dan di Indonesia umumnya masih belum dimanfaatkan secara optimal (under developed). Perairan di sekitar Sulawesi Utara merupakan potensi ikan tuna dan cakalang yang sangat baik karena daging tunanya sedikit mengandung minyak sehingga kualitasnya lebih bagus. Direktur PT SIG Asia juga memberikan masukan bahwa SDM nelayan Indonesia masih rendah, cenderung tidak mau belajar tentang pengetahuan teknis perikanan, alat tangkap ikan, fishing ground, dan teknik penangkapan. Selain itu, kondisi logistik di Indonesia payah, sangat mahal, dan monopolistik sehingga perusahaan sulit berkembang.

 

Lain halnya dengan PT Bitung Mina Utama,  saat ini Perusahaan tersebut baru selesai proses perubahan nama perusahaan menjadi PT Brilliant Ocean Fish (PT BOF), sehingga dokumen-dokumen perusahaan dan izin-izin yang dimiliki dalam proses pembaharuan. Perusahaan ini merupakan PMA 100% dari Negara Taiwan. PT BOF memiliki cold storage kapasitas 750 Ton (dibagi menjadi 4 ruangan), ABF 30 Ton, suhu cold storage -30 oC, kapasitas produksi frozen 5 Ton/hari dan fresh tuna bisa 20 Ton/hari dengan pasar 100% untuk ekspor ke Amerika Serikat (menggunakan CO) dan sebagian ke Jepang (natural/tanpa CO). Jenis produk berupa tuna fresh (whole, loin) dan tuna frozen (loin, saku, ground meet). Ekspor fresh tuna ke Jepang menggunakan Silk Air dari Manado via Singapura.

 

PT BOF hanya menerima tuna dengan ukuran > 20 Kg. Material bahan baku berasal dari nelayan lokal di Tobelo, Ternate, dan Halmahera. Awalnya sebelum ada moratorium, ikan berasal dari kapal eks asing dengan produksi bisa mencapai 350 Ton/bulan. Namun saat ini produksi hanya sekitar 300-500 Kg/bulan karena perusahaan belum beroperasi penuh. Selain itu perusahaan ini juga tidak memiliki kapal sendiri, sehingga masih kesulitan mendapatkan bahan baku ikan tuna.  

 

Adapun PT Perikanan Nusantara (PERINUS) Cabang Bitung merupakan eksportir produk tuna ke Jepang, Australia, Taiwan, dan Thailand. Perinus Bitung memiliki cold storage 470 Ton, kapasitas produksi 20 Ton/hari, pabrik es 80 ton, dan ABF -40 oC. PT Perinus memiliki 4 (empat) unit kapal penangkap ikan dengan ukuran > 30 GT dengan alat tangkap long line, hand line, dan mini purseine. Selain itu, Perinus juga membeli ikan dari nelayan Tobelo, Morotai, Gorontalo, dan Ternate.

 

Melihat besarnya rantai pasok dan pemasaran tuna ke Bitung, optimisme untuk mengembangkan perikanan tuna di Pulau Morotai melalui SKPT Morotai menjadi lebih besar bukan tidak mungkin, tapi sangat mungkin apalagi dengan dorongan kerjasama dan bantuan semua pihak, utamanya bantuan dari Pemerintah Jepang melalui Hibah ODA Jepang kepada KKP. (RW) 

Admin Morotai   22 Juli 2019   Dilihat : 7622



Artikel Terkait: